Monica, Pramugari Asal Jepang yang Jatuh Cinta pada Islam

Monica tumbuh di tengah keluarga yang harmonis, yang memberinya peluang untuk sukses baik dalam pendidikan maupun dunia kerja. Sebagai orang Jepang, Monica juga sudah terbiasa dengan kehidupan yang serba berteknologi tinggi. Hampir tak ada masalah dalam hidup Monica, ia benar-benar menikmati kemudahan hidupnya.
Keluarga Monica adalah keluarga Jepang yang menganut agama Budha. Tapi sejak kecil ia tidak diberi bekal pendidikan agama yang dianut keluarganya, dan kedua orangtuanya pun tidak terlalu mempermasalahkan soal agama pada anak-anaknya.
"Kendati demikian, sejak kecil saya sering bertanya-tanya tentang alam semesta, keberadaannya dan tentang kehidupan. Pertanyaan-pertanyaan itu masih sering menghantui pikiran saya hingga saya berusia 20 tahun, saat saya menyelesaikan kuliah dan mulai bekerja sebagai pramugari di sebuah maskapai penerbangan Jepang," tutur Monica.

"Saya berharap menemukan kedaiaman dan sesuatu yang bermakna lewat pekerjaan saya, tapi saya tetap merasa hidup saya sangat kosong. Seperti ada sesuatu yang hilang, dan saya hampir putus asa untuk menemukan apa yang hilang itu," sambung Monica.
Tapi Allah Maha Pengatur segalanya. Tahun 1981 Monica ditakdirkan untuk bekerja sebagai penerjemah untuk delegasi negara Jepang di sebuah badan pariwisata di Mesir. Ia bekerja sebagai penerjemah selama satu tahun. Lewat perkenalan dengan teman-teman barunya selama di Mesir, Monica mulai mengenal dan mempelajari agama Islam. Setelah masa kerjanya selesai dan kembali ke tanah airnya, Jepang, Monica bertekad untuk terus mempelajari Islam dengan harapan mendapat jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang sejak lama menggantung di pikirannya.
Setelah mempelajari Islam, ia menyadari bahwa informasi yang ia dapatkan tentang Islam selama ini dari sekolah dan televisi, sangat terbatas dan sudah terdistorsi. "Sama dengan kebanyakan orang Jepang lainnya yang membaca dan mendengar berita tentang dunia Islam, tidak lebih hanya berita-berita tentang kekerasan," ujar Monica.
Begitu tiba kembali di Jepang, Monica berkunjung ke Islamic Center di Tokyo dan meminta Al-Quran yang terjemahannya dalam bahasa Jepang. Selama tiga tahun, Monica berkunjung ke Islamc Center secara rutin, dan belajar agama Islam dengan para ulama di Islamic Center itu.
"Seiring dengan berjalannya waktu, pemahaman dan penghargaan saya terhadap agama Islam makin bertambah. Saya menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan folosofis saya selama bertahun-tahun, pada agama yang indah ini," imbuhnya.
Monica menyatakan sangat terkesan dengan bagaimana Islam menempatkan kaum perempuan pada posisi yang mulia. "Bagaimana Islam melindungi dan menghormati kaum perempuan, baik perasaannya, pemikiran serta persoalan susila, lebih dari apa yang saya bayangkan selama ini," tukas Monica, "saya mulai merenung sendiri dan berdoa pada Allah agar memberi petunjuk pada saya sebuah jalan kebenaran."
Untuk menghayati keberadaan dan kebesaran Allah Swt. Monica kerap melakukan meditasi, mentadaburi ciptaan-ciptaan Allah mulai dar pohon, bunga-bunga, hewan, dan bagaimana Allah Swt. dengan sempurna menciptakan disain kehidupan yang seimbang di bumi ini.
"Dan saya melihat Allah dalam ciptaan-ciptaanya, hati dan kekaguman saya menuntun saya pada Islam. Saya merasakan cahaya Allah menerangi hati saya. Kebahagiaan saya membuncah, seiring dengan tumbuhnya rasa keimanan ini. Saya merasa Allah selalu bersama saya di setiap waktu," tukas Monica.
Lagi-lagi Allah membuka jalan bagi Monica untuk lebih mengenal Islam. Ia kembali bekerja sebagai pramugari maskapai penerbangan yang melayani rute penerbangan dari dan ke Indonesia selama satu tahun. "Saya terkesan dengan Muslim Indonesia yang taat dan selalu berusaha menerapkan apa yang ada dalam Al-Quran dalam kehidupan sehari-hari mereka. Teman-teman Indonesia juga banyak membantu saya memahami Islam lebih baik, sehingga kecintaan saya pada Islam makin besar," ungkap Monica.
Ia mengaku menghadapi kesulitan dengan keluarganya saat mengetahui ketertarikan Monica pada Islam. Namun Monica bertekad untuk menjadi seorang muslimah apapun tantangan yang akan dihadapinya. Ia mulai menunaikan salat lima waktu dan belajar menghapal Al-Quran agar bisa menunaikan salat dengan baik dan benar.
Tahun 1991, Monica berkunjung ke Mesir dan mengucapkan dua kalimat syahadat di Universitas Al-Azhar, Kairo. Di Mesir, ia mendapatkan pekerjaan, lalu menikah dengan seorang lelaki Mesir. Sekarang, Monica menetap di Mesir dengan suami dan seorang anak perempuannya bernama Maryam.
"Alhamdulillah, saya bahagia menjalani kehidupan saya yang sekarang, dengan agama baru dan keluarga baru yang muslim. Saya tetap menghapal Al-Quran dan kalau ada waktu senggang, saya dan suami belajar dan membaca Quran bersama-ssama ..."
"Saya berharap bisa mengajak keluarga saya yang lain untuk masuk Islam, Insya Allah. Terus terang, pada umumnya, masyarakat Jepang kehilangan satu komponen penting untuk mencapai kehidupan yang bahagia, meski secara peradaban mereka adalah masyarakat yang hidup dengan teknologi serba maju. Saya yakin, banyak diantara mereka yang akan masuk Islam, jika mereka mendapatkan informasi dan pemahaman yang benar tentang Islam," tandas Monica. (kw/TTI)
sumber. eramuslim.com

Komentar