Keutamaan Membersihkan Masjid



Oleh Makmun Nawawi

Pada zaman Rasulullah SAW ada seorang wanita hitam bernama Ummu Mahjan. Dia selalu menyempatkan diri membersihkan masjid Rasulullah SAW. Suatu hari ketika Rasul sedang ke pemakaman, beliau melihat sebuah kuburan baru.

Rasul bertanya, “Kuburan siapa ini, wahai para sahabat?”

Mereka yang hadir di situ menjawab, “Ini kuburan Ummu Mahjan, ya Rasulullah.”


Rasul SAW langsung menangis begitu mendengar berita tersebut, lalu beliau menyalahkan para sahabatnya, “Mengapa kalian tidak memberitahukan kematiannya kepadaku supaya aku bisa menyalatinya?”

Mereka menjawab, “Ya Rasulullah, pada waktu itu matahari sedang terik sekali.” Rasulullah diam saja mendengar jawaban tersebut.

Lalu, beliau berdiri dan shalat untuk mayit yang sudah ditanam beberapa hari itu dari atas kuburnya. “Bila ada di antara kalian yang meninggal dunia, beri tahukan kepadaku, sebab orang yang kushalati di dunia, shalatku itu akan menjadi syafa‘at di akhirat.”

Sesudah berkata demikian, Rasulullah kemudian memanggil Ummu Mahjan dari atas kuburnya. “Assalamualaikum ya Ummu Mahjan! Pekerjaan apa yang paling bernilai dalam daftar amalmu?”

Rasulullah SAW diam sejenak. Tak lama kemudian beliau berkata, “Dia menjawab bahwa pekerjaannya membersihkan masjid Rasulullah adalah pekerjaan yang paling bernilai di sisi Allah. Allah Taala berkenan mendirikan rumah untuknya di surga dan dia kini sedang duduk-duduk di dalamnya.”

Secara fisik, masjid adalah bangunan biasa yang terdiri atas lantai, tiang, dan atap. Namun, secara spiritual, masjid adalah poros nadi umat yang sangat fundamental. Selain menjadi perekat umat di mana mereka bisa menebarkan kebajikan, masjid juga merupakan media bagi sang Muslim agar sukses dalam menjalin hubungan vertikal dengan Allah; melalui masjid, sang Muslim bisa melakukan mi'raj menuju Ilahi.

Dari masjid, kaum Muslimin bisa belajar-mengajar, keimanan seseorang tergambar, tingkat keberagamaan masyarakat terpancar, ketenangan dan kedamaian berbinar-binar, dan kebangkitan umat mengakar.

Seorang Muslim akan prihatin dan sedih manakala menjumpai seseorang yang dengan seenaknya mengotori masjid dan membiarkan kotoran (sampah) berserakan. Juga tidak etis jika kita membiarkan bau tak sedap bercokol di tempat wudhu, toilet, atau kamar mandi masjid, sehingga aromanya menyebar dan dihirup orang-orang yang shalat, membaca Alquran, iktikaf, atau ibadah lainnya.

Dengan demikian, kebersihan dan keasrian masjid jelas mendukung kekhusyukan kaum Muslimin dalam beribadah. Maka, sangat pantas kalau Allah dan Rasul-Nya memberikan pahala yang besar bagi mereka yang membersihkan masjid— sebagaimana tersimbul dalam riwayat di atas. Nabi juga bersabda, “Barang siapa yang mengeluarkan kotoran dari masjid maka Allah akan membangunkan untuknya sebuah rumah di surga,” (HR Ibnu Majah).

Zaman memang sudah berubah dan modern, sehingga masjid-masjid membutuhkan pengurusnya. Namun, membersihkan masjid tentu saja bukan monopoli mereka. Selama mempunyai niat yang mantap, siapa pun punya peluang yang sama untuk mempersiapkan bangunan di surga, yakni dengan membersihkan masjid.

Komentar