Senyum Rasulullah


Oleh Ashif Aminulloh Fathnan




Rasulullah adalah orang yang paling fasih berbicara dan paling indah perkataannya. Beliau berkata, "Aku adalah orang arab yang paling fasih". Para penghuni surga berbicara dengan bahasa yang digunakan nabi, yaitu bahasa Arab. Perkataanya mengandung makna luas namun penggalan katanya tidak berlebihan dan tidak pula kekurangan. Yang mendengarkannya dapat memahami dan menghafal dengan mudah karena antara kata yang satu dengan yang lainnya terkait.


Beliau tidak berbicara, baik saat senang maupun marah, kecuali yang dibicarakannya itu benar. Beliau adalah orang yang paling banyak tersenyum dan paling gembira hatinya, selama bukan pada waktu turunnya wahyu, saat menyebut hari kiamat atau saat berkhotbah memberikan nasihat.

Suatu hari seorang badui datang dengan maksud bertanya kepada beliau pada saat beliau sedang memikirkan sesuatu. Namun para sahabat mencegahnya seraya berkata, "Wahai orang badui, jangan engkau lakukan, kami melihat Nabi sedang memikirkan sesuatu."

Tapi orang badui itu berkata, "BIarkan saya, demi Zat yang telah mengutusnya dengan membawa kebenaran sebagai Nabi, saya tidak akan membiarkannya dalam kondisi seperti itu, saya akan membuatnya tersenyum."
Lalu orang badui itu bertanya, "Wahai Rasulullah informasi yang sampai kepada kami bahwa al-masih (Dajjal) akan datang kepada manusia dengan membawa tsarid (bubur), tapi mereka semua binasa karena kelaparan. Demi ayah dan ibuku yang menjadi tebusanmu, menurutmu apakah aku harus menolak buburnya demi memelihara diri dari yang tidak halal hingga aku mati kurus? Ataukah aku makan buburnya hingga kenyang namun tetap beriman kepada Allah dan mengingkari Dajjal"

Mendengar pertanyaan itu, Nabi tertawa hingga nampak gigi gerahamnya. Lalu beliau berkata, "Jangan kau makan, Allah akan mencukupi kebutuhanmu sebagaimana ia mencukupi kebutuhan kaum mukmin."
-dari Ringkasan Ihya Ulumuddin, Imam Ghazali-

Komentar