Apa Yang Selayaknya Di Dalam Dada (Hati)?

Oleh Dinar Zul Akbar
Bismillah,

Bicara dada sama juga kita bicara hati. Kalo kita bilang kita lagi sakit hati, tentu kita menunjuk ke dada bukan ke posisi liver/hati atau juga posisi jantung. Kan gak lucu juga pas bilang sakit hati nunjuknya ke posisi liver yang ada di bagian agak bawah dada nyerempet perut.
Bukannya orang simpatik karna kita sakit hati, malah bisa aja kita dianggap lagi mules alias mau buang-buang aer. Jadi posisi dada dalam tulisan ini bisa juga dianggap sama dengan hati. Sudah sepakat langsung ke TKP. Oya mohon maap tulisan ini dibuat se- simple mungkin biar gampang nangkepnya.
Ya, apa yang pantes ada di dalem dada? Apa kayak lagunya Vina Panduwinata (eh bener gak ya?) yang liriknya 'Di dadaku ada senyummu, ada matamu, ada bibirmu, ada kakimu, ada tanganmu, ada badanmu, adakepalamu, ada jempolmu, ada rambutmu,' ada ini itu “kamu” yang lainnya, waduh itu dada apa kulkas dua pintu ya muat banyak bener? Udah jelas, ini lagu cinta terhadap lawan jenis. Kalau mungkin Suami-Istri yang sudah sah dan halal nyanyi lagu beginian maka wajar dan sah-sah aja. Tapi kalau lagu ini malah mancing supaya masing-masing pasangan yang tidak halal itu menarik “kamu”nya bukan di jalan yang halal maka jadi lain lagi nih ceritanya.

Seolah-olah dia ingin mengatakan. Belah-lah dadaku di situ ada “nama mu”. Aku gak bisa hidup tanpa mu (berarti kemaren-kemaren sebelom ketemu pacarnya dia jadi zombie nih), Widih keren gak tuh? Maka dampaknya bisa kita liat sendiri. Banyak para ABG yang udah masuk ke lembah nista hanya karna dia meletakkan nama seseorang di dalam dadanya.
Liat contoh yang kemaren-kemaren, banyak orang yang hamil di luar nikah. Sungguh perbuatan yang luar binatang. Terus buang bayinya di luar rumah orang laen lagi. Sangat amat banget tidak bertanggung jawab. Alhamdulillah kalo itu bayi terselematkan, coba kalo enggak? Bisa dapet dua dosa tuh mereka. Dan mungkin aja ganjarannya nanti bakalan idup di luar Sorga (Neraka maksudnya). Udah deh jangan kebiasaan maen di luar mulu nanti pada masuk angin lagi.
Terus yang kedua, apa yang emang pantes ada di dalem dada? Garuda-kah? Kayak lagunya netral Garuda di Dadaku? Lagi in nih lagu, apalagi kalo ada acara bola yang maen Timnas Indonesia. Pokoknya Garuda-lah di dadaku, yang laen mah di dengkul ku. Pokoknya akrab banget nih lagu, sampe-sampe bocah di depan rumah udah pada hapal di luar kepala.
Luar biasa dampaknya nih lagu. Liat aja ada gerakan memakmurkan stadion GBK dengan kaos Timnas warna merahnya. Sementara masjid deket rumah nasibnya bisa dikatakan sama. Iya bener, sama juga sih warna merah, tapi merahnya, merah karpet sajadah alias sepi bin sunyi.
Karna waktu pertandingan yang bentrok sama waktu Isya membuat para jama’ah bershaf-shaf di warung kopi atau di rumah yang di imami oleh televisi berwarna. Ini yang di luar GBK, lalu gimana nasib sholat maghrib para suporter bola yang ada di GBK itu? Wa Allahu a’lam, tanyakan pada rumput lapangan yang bergoyang atau bola yang ditendang.
Kadang juga saking meresapi ini lagu malah bisa buat orang berantem. Liat aja di dunia maya, betapa gampangnya kita bilang mamp*s, mal*ng kepada negara-negara tetangga apalagi sama Mala*sia. Media juga bahasanya lebay banget. Pertarungan abadi-lah, partai hidup mati-lah kesannya itu negara musuh bener. Ini cuman permainan brew, santai saja-lah.
Gak bisa kita pungkiri kenapa bisa begini? Karna beberapa konflik di masa lalu, kayak kasus klaim Batik, Reog, Ambalat, Tari Pendet, dan sebagainya. Masa gara-gara Batik doang bisa bikin kita perang? Kan gak mungkin juga? Toh kalo kita mati nanti cuman pake kaen kafan warna putih kan? bukan kaen kafan bermotif batik? Setuju atau nggak Inilah cerminan ideologi narsis yang bernama Nasionalisme.
Trus lagu ini juga bisa menabuh genderang semangat para atlet untuk mengharumkan nama bangsa. Walhasil, banyak atlet perempuan dan juga yang laki yang mau dan rela, malah bangga jika ikut turnamen dan bahkan menang. Walau pun nilai agama mereka tinggalkan.
Coba kita kita tengok contoh kecilnya, atlet bulu tangkis wanita yang bukan saja berhasil mempertontonkan ketangguhannya tapi juga auratnya di depan khalayak banyak. Dan mohon maaf kita pun juga menontonnya dan mendukung lewat status pesbuk atau twiter atau apa-lah, dalam langkah mereka untuk bertanding di medan juang atau mungkin bisa juga dibilang mempertontonkan auratnya.
Dan anehnya pas menang, mereka malah pada nangis. Apa gak kebalik tuh? Harusnya pas pada bertanding garis miring pamer aurat mereka harusnya menangis karna mempertontonkan auratnya di jutaan pasangan mata. Dan malangnya kita pun penonton juga sama, nangis haru pas mereka menang tapi malah gak nangis pas liat mereka pada pamer aurat. Naudzubillah.
Percaya atau nggak karna Garuda di dada. Kita lebih kenal dan cinta sama Gajah Mada ketimbang Sunan Kali Jaga. Kita lebih bangga Candi Borobudur ketimbang Masjid Demak. Kita lebih bangga motif-motif Wayang ketimbang Kaligrafi al-Quran. Kalau emang kita non muslim (baca: kafir) tak apalah, yang jadi masalahnya adalah kita selalu mengklaim sebagai penduduk negri Muslim terbesar yang ada di kolong langit dunia. Nah lho gimana tuh?
Sekali lagi apa yang pantes di dalam dada? Al-Quran udah kasih isyaratnya, coba liat QS. Al-Maidah [5] ayat 41 “...yaitu orang orang munafik yang mengatakan dengan mulut mereka, kami telah beriman. Padahal hati mereka belum beriman...”. Ya Iman adalah hal yang sangat teramat pantes dalam dada. Bukankah sedari dulu kita udah dikasih pengertian Iman yakni mengucapkan dengan lisan, membenarkan dalam hati dan mengamalkan dengan anggota badan.
Ketika iman yang kuat udah tertanam dan berakar di dalem hati. Maka yang akan tercipta adalah rahmat bagi alam. Rasanya gak mungkin orang yang udah ada Iman dalem hatinya korupsi, atau buat vandalisme, atau jadi sampah masyarakat. Kalau emang ada yang ngaku ustadz zina, korupsi, atau apapun itu maka dapat dipasti-in imannya sedang ia gak bawa.
Karna Iman dan Hati adalah dua sejoli yang kalo digabung bakalan terjadi hal-hal yang luar biasa. Seperti yang udah sering kita denger di hadits “Apabila hati baik maka baik seluruh perbuatannya, dan apabila hati rusak maka akan rusak seluruh perbuatanya”.
Sekarang apa yang bakalan terjadi kalo sebuah wadah yang namanya hati telah tertutup “sesuatu” hingga si Iman gak bisa masuk. Coba di baca lagi QS. An-Nahl [16] ayat 108-109, “Mereka itulah orang yang hati, pendengaran, dan penglihatan telah dikunci oleh Allah, mereka itulah orang yang lalai. Pastilah mereka termasuk orang yang rugi di Akhirat nanti.”
Juga di QS. Al-Baqarah [2] ayat 10, “Dalam hati mereka ada penyakit, lalu Allah menambah penyakitnya itu dan mereka mendapat azab yang pedih karena mereka berdusta”. Sebetulnya siksaan orang-orang yang terisi hatinya selain Iman dikatagorikan sama dengan orang munafik seperti yang udah kita liat di QS. Al-Maidah [5] ayat 41. Jadi siksaannya nanti juga siksaan yang udah disiapin khusus di Akherat nanti.
Atau juga liat di QS. Al-Kahfi [18] ayat 57, “Sungguh kami telah menjadikan hati mereka tertutup (sehingga mereka tidak) memahaminya, dan (kami letakkan pula) sumbatan di telinga mereka. Kendatipun engkau (Muhammad) menyeru kepada mereka petunjuk, niscaya mereka tidak akan mendapat petunjuk untuk selama-lamanya”.
Buat closing, ada baeknya kita buka QS. Az-Zumar [39] ayat 22, “Maka, apakah orang-orang yang dibukakan hatinya oleh Allah untuk (menerima) agama Islam lalu dia mendapat cahaya dari Tuhannya (sama dengan orang yang hatinya membatu)? Maka celakalah mereka yang hatinya telah membatu untuk mengingat Allah. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata”.
Untuk itu ayo dah kita rajin baca do’a yang udah Allah ajarin di Quran QS. Ali Imran [3] ayat 8, “Mereka berdo’a, 'Ya Tuhan kami janganlah Engkau condongkan hati kami kepada kesesatan setelah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi-Mu, sesungguhnya Engkau Maha Pemberi'.”
Alhamdulillah selesai (mudah-mudahan gak ada yang sakit hati)
mukminsehat.multiply.com

Komentar