Mantan Penjual Rokok yang Kini Jadi Wakil Direktur




 

MENGENAKAN kemeja lengan pendek putih bermotif garis-garis, ia terlihat sibuk memeriksa berkas-berkas. Ruang kantornya cukup luas dan dilengkapi berbagai fasilitas. Ukuranya kira-kira 7 x 7 meter persegi.

“Assalamu’alaikum,” kata asistenya sambil mengetuk pintu.

"Maaf, pak menggangu. Ada berkas yang perlu ditanda tangani,” ujarnya sambil menyodorkan beberapa lembar dokumen.

Belum lama selesai menandatangi, sudah datang asistennya yang lain lagi.

“Mohon ditanda tangani pak. Penting,” kata perempuan berjilbab itu. Lagi-lagi, sebelum menandatanginya, Ma’arif menelitinya lebih dulu. “Ini, terimakasih,” tuturnya sambil menyerahkan berkas tersebut.

Begitulah kesibukan sehari-hari lelaki Syamsul Ma'arif  yang padat. Datang ke kantor, menanda-tangani berkas-berkas, dan meeting dengan klien.


Hari itu saja, ketika media ini menemuinya di ruang kantornya, seorang klien telah menunggunya.

Pria kelahiran tahun 1963 ini termasuk orang penting di jajaran PT Gama Group. Ia salah satu pemilik perusahaan pelayanan transportasi dan logistik yang terletak di Jl. Tanjung Priok No 12 Surabaya. Jabatanya sekarang adalah wakil direktur utama.

Perusahaan jasa yang kini menempati kantor dua lantai tak jauh dari pelabuhan Perak Surabaya ini memang cuku besar.

Meski baru didirikan tahun 2005, tapi telah memiliki cabang di beberapa daerah. Seperti Semarang, Makassar, Banjarmasin, dan Jakarta. Tidak hanya itu, Gama Group juga telah memimiliki beberapa enam anak perusahaan. Yaitu, PT. Gama Intisamudera, PT. Kuda Inti Samudera, PT. Gama Mitra Perkasa, PT. Gama Mitra Utama. PT. Gama Jaya Reksa, dan CV. Tirta Inti Persada.

Management FAST

Awalnya, perusahaan ini hanya melayani freight forwading (ekspedisi pengangkutan barang). Tapi, seiring laju pesatnya perkembangan perusahaan, kini merambah beberapa jasa. Seperti bongkar muat kapal, jasa pengadaan barang alat berat dan perawatannya (maintenance) serta pengoperasiaanya.

Sekarang, perusahaan ini memiliki lebih dari 800 karyawan. Omsetnya cukup besar. Sayangnya, Ma’arif tidak mau membocorkan.

“Omsetnya besar. Pokoknya mitra atau klien kami sudah banyak,” paparnya.
Adapun instansi atau perusahaan yang telah menjadi mitranya adalah: PLN, PT. Pelabuhan Indonesia dua, tiga, dan empat, PT. Semen Gresik, PT. PAL dan lainnya.

Mitra bisnis Ma’arif tidak saja pebisnis dalam negeri. Banyak juga dari penguasaha asing. Hal itu tidak terlepas dari dedikasi dan integritas perusahaan Gama Group yang kepada semua mitranya.

“Salah satu keberhasilan perusahaan ini karena kita menggunakan filosofi “FAST”. Yaitu  empat sifat mulia Rasulullah: fathonah, amanah, sidiq dan tablihg,” tuturnya.

Ia mengatakan, keempat ruh dan spirit, menjadi spirit atau ruh perusahaan dalam menjalankan roda bisnisnya. Tentunya didesain atau dikombinasikan dengan sistem manegemen modern. Setidaknya, perusahaannya itu bisa menjadi mitra bisnis yang professional, memuaskan (satisfied), dan terpercaya (trust).

“Kalau klien sudah memiliki trust kepada kita. InsyaAllah, mereka akan jadi mitra yang loyal dan baik. Mereka akan mau apapun yang kita tawarkan,” ungkapnya.

Pendekatan yang dilakukan kepada klien, salah satunya adalah mengetahui minat atau hobi klien. Karena itu, tak jarang, Ma’arif harus menemani klien berolahraga hanya untuk mempererat jalinan bisnisnya itu.

“Yang terpenting juga harus dekat. Tak ada sekat dalam batin dengan klien bisnis,” ujarnya.

Hal itu pula dibuktikan Ma’arif. Ketika di awal-awal berdirinya perusahaannya itu, modal yang dimiliknya sangat sedikit. Modal seratus juta hasil patungan beberapa teman ludes hanya untuk mengontrak kantor dan memberi perlengkapan. Karena itu, ia pun harus bisa mencari dan menyakinkan klien.

“Yang saya lakukan adalah membuat proposal dan menawarkannya kepada klien secara cermat dan jujur, termasuk keuntungan yang aka didapat. Alhamdulillah, banyak yang deal dan membayar di muka,” ujarnya.

Tidak hanya dengan mitra bisnisnya, dengan karyawan juga demikian. Bagi Ma’arif, karyawan adalah aset penting perusahaan. Karena itu, harus dibangun sistem yang sama-sama menguntungkan. Untuk itu, ia memberikan kesempatan kepada karyawan untuk meningkatkan jenjang karirnya.

“Regenerasi di sini berjalan baik. Kita tidak ingin ada karyawan yang hanya bekerja itu-itu saja. Kita akan promosikan jika memang layak,” ujarnya.

Caranya, ia menyuruh karyawannya kuliah lagi. Nah, gara-gara itu, di perusahaan ini pernah ada bekas office boy yang kini menjadi asisten meneger. Tidak itu saja, perusahaan juga membantu setiap karyawan yang ingin membuka usaha di rumah.

“Pihak perusahaan akan memberikan pinjaman,” ujarnya.

Tidak hanya faktor professionlisme yang menjadi perhatian perusahaan. Faktor spiritual para karyawan juga sangat diperhatikan. Perusahaan ini rutin mengadakan acara keagamaan di hari-hari besar Islam. Di bulan Ramadhan diadakan pengajian rutin setiap hari. Perusahaan juga memfasilitasi arisan umroh di kantornya. Banyak karyawan yang sudah pergi umroh.

“Wah, kalau yang umroh sudah tidak terhitung lagi,” ujarnya tersenyum.

Ma’arif juga dikenal sosok ramah kepada karyawan dan suka berpenampilan sederhana. Gara-gara itu, pernah ada karyawan yang menyangkannya bahwa ia bukan termasuk jajaran orang penting di perusahaan itu. Suatu kali, ia dalam perjalanan pulang ada karyawan Gama Group. Karena sedang menunggu angkot, lalu diboncengnya olehnya.

Entah kenapa, di sepanjang perjalanan, karyawan justru menunjukkan tampak cuek. Karyawan itu hanya turun dan bilang terimakasih dengan wajah kurang friendly. Betapa kagetnya karyawan itu ketika dalam sebuah meeting tahu bahwa Ma’arif adalah orang penting.

“Dia minta maaf dan langsung menyami tangan saya,” tuturnya.

Empat tahun tidur di rombong

Kisah sukses yang diraih Ma’arif bermula dari perjuangan panjang. Masa lalu Ma’arif termasuk kelam. Ia dilahirkan di desa Konang, Glagah, Lamongan, Jawa Timur dari keluarga miskin. Orangtuanya, Abu Hasan dan Tajriyan hanya petani kecil. Hasilnya tak cukup untuk menghidupi dan membiayai sekolah ke lima anaknya.

Katanya, sekadar makan daging saja sulitnya bukan main. Bahkan, untuk makan telor saja harus dicampur tepung lebih dulu biar kebagian semua. Masa-masa itu membuat Ma’arif hidup sangat prihatin dan harus bekerja keras dengan membantu orangtuanya. Seperti cuci piring, masak hingga mencari kayu bakar.

“Gara-gara itu, saya dijuluki banci oleh teman-teman,” ujarnya mengenang.

Sejak itulah, suami dari Siti Munawaroh ini bercita-cita ingin menjadi orang sukses dan bisa menghajikan orangtuanya. Perjuangan Ma’arif dimulai ketika sekolah di SMA Mujahidin Surabaya. Seluruh biaya sekolahnya dibiayai sendiri dengan berjualan roti dan minuman. Ia juga pernah menemani saudaranya berjualan buku.

Ma’arif termasuk siswa yang cerdas. Selama sekolah tidak pernah lepas dari rangking satu dan dua. Usai SMA tahun 1983, ia diterima di Universitas Airlangga. Biaya kuliah dan hidupnya ketika itu berasal dari pemberian ibunya hasil menjual kalung emas seberat 10 gram atau senilai Rp 180 ribu. Uang itu digunakan untuk biaya kuliah dan membeli barang dagangan.
Untuk mengirit biaya hidup, Ma’arif tinggal di rombong sambil berjualan. Tempat mangkalnya ketika di Jalan Arjuna, Surabaya. Karena sempit, kalau tidur, kakinya harus ditekuk. Ia pula harus merasakan bau tak sedap dari got di bawah rombongnya. Hidupnya juga tak nyaman karena harus was-was dari usiran Satpol PP.
“Saya jualan di rombong bekas ayah saya,” tuturnya mengenang.
Saat mahasiswa ia sering diledek DRA. Tapi bukan gelar yang diberikan oleh universitas yang berarti  "doktorandus".
“Sewaktu kuliah, saya diberi gelar oleh teman-teman kuliah Drs (Dodol Rokok Surungan/penjual rokok dorong),” ujarnya sambil tertawa kecil.
Begitu susahnya, jika bulan Ramadhan ia manfaatkan mengantri buka bersama agar mendapatkan nasi bungkus gratis di Masjid Al-Falah, Jalan Darmo.  Dari Arjuno, ia harus naik sepeda onthel ke Al-Falah.
Lulus kuliah, ia berpindah-pindah dari berbagai perusahaan. Mulai dari asuransi hingga jasa transportasi dan logistik. Alhamdulillah, ia selalu dinilai cemerlang. Setelah dinilai cukup modal, ia dan beberapa temannya mendirikan Gama Group yang sekarang dipimpinya dengan saham 30%. *
Rep: Syaiful Anshor

Komentar