– Segala puji bagi Allah SWT karena siapa yang mendapat petunjuk-Nya, maka tidak ada yang bisa menyesatkan. Juga sebaliknya, bagi mereka yang disesatkan oleh Allah SWT, tidak ada yang dapat memberinya petunjuk. “Aku bersaksi tidak ada tuhan melainkan Allah, Allah Maha Esa, tidak ada sekutubagi-Nya, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya, penutup segala nabi, dan tidak ada nabi lagi sesudahnya.”
Dengan mengucapkan dua kalimat syahadat ini, saya memberikan pernyataan resmi masuk agama Islam
di hadapan kelompok pengajian yang dipimpin oleh guru Erwin Saman.
Tepatnya pada tahun 1975. Kini, nama saya bukan lagi Tan Lip Siang. Nama
saya sekarang lengkapnya H.M. Syarif Siangan Tanudjaya, S.H.
Sebagai ungkapan rasa syukur kepada
Allah SWT, menjelang usia saya ke-55, tidak ada salahnya dalam
kesempatan baik ini, saya manfaatkan untuk bercerita tentang kisah hidup saya menuju jalan yang diridhai Allah SWT. Saya adalah pejabat notaris yang diangkat oleh pemerintah untuk wilayah kerja Kodya Bekasi, Jawa Barat.
Dalam kisah ini, saya tidak bermaksud untuk mencela, atau menghina agama
(kepercayaan) yang saya anut sebelumnya. Berawal dari hati yang selalu
resah, disebabkan penderitan hidup dari hidup yang biasa senang,
berbalik menderita. Saya mulai dari agama Kristen, yang saya imani pada saat itu.
Pada ajaran agama Kristen, saya
temukan dan saya ketahui adalah ketentuan-ketentuan akan dosa warisan.
Maksudnya, akibat dosa Adam dan Hawa, mengakibatkan manusia menanggung
“dosa warisan”. Artinya, sekalipun bayi yang baru dilahirkan, sudah
harus dianggap tidak suci lagi, akibat “dosa warisan” Adam dan Hawa itu.
Namun, apabila kita menyimak dengan
lebih teliti pada ayat-ayat Alkitab selanjutnya, setelah saya baca, ada
hal yang sulit dipahami menyangkut “dosa warisan”. Misalnya, ketika
Yesus ditanya oleh seorang Farisi, “Apakah yang menyebabkan anak
tersebut menjadi cacat? Mungkinkah karena dosa kedua orang tuanya atau
dosa siapa?”
Yesus menjawab kepada orang Farisi
tersebut, “Anak ini menjadi cacat, akibat dosa ibu-bapaknya dan bukan
dosanya sendiri. Tetapi karena Allah akan memperlihatkan kasih-Nya.”
Dua ketentuan dalam kandungan Alkitab
ini, sungguh membuat saya bingung. Sehingga pada saat itu saya sempat
berpikir, mengapa Tuhannya orang Kristen membuat umatnya menjadi resah,
hingga saya merasa kesulitan untuk menyimpulkan makna yang terkandung
dalam ayat-ayat Alkitab?
Demikianlah, yang saya temukan dan saya ketahui mengenai ketentuan-ketentuan pokok dalam ajaran agama
Kristen yang saya imani. Hakikat permasalahan hidup juga saya temukan
adalah bagaimana caranya saya menghadapi dan lepas dari permasalahan
hidup.
Saya tidak berkonsultasi lagi kepada
pendeta, karena menurut saya, pendeta tidak pernah mampu memberikan
solusi untuk permasalahan hidup saya. Pada akhirnya, iman saya kepada
Yesus sirna, sebab belum mampu membuat hati saya tenteram dan mantap.
Kembali ke Budha
Cerita selanjutnya, saya berbalik kepada agama
Budha dan Konghucu. Mulailah saya bersembahyang di vihara, lalu belajar
meditasi, dan tidak makan daging atau yang bernyawa pada waktu-waktu
tertentu (Cia-Cay), sembahyang penghormatan kepada arwah leluhur,
kemudian sembahyang ke klenteng Toapekong (tempat penyembahan atau
tempat ibadah kepada Tian, dewa-dewa orang Cina), untuk memohon Popi
Peng An (keselamatan) dan hoki (peruntungan yang baik).
Sudah sedemikian jauh saya melangkah,
ternyata petualangan saya menuju prinsip keimanan yang sesungguhnya,
belum juga saya temukan. Sementara, perjalanan hidup saya saat itu, dari
waktu ke waktu makin terasa sangat mencekam. Sebagai leveransir bahan
bangunan, alat tulis kantor (ATK), dan pemborong, ternyata relasi saya
banyak yang beragama Islam.
Dari mereka, saya mulai mengenal tata cara ibadah Islam.
Misalnya, sebelum menunaikan ibadah shalat, seseorang harus terlebih
dulu mengambil air wudhu (bersuci). Dan, yang lebih menarik perhatian
saya adalah tentang kewajiban umat Islam menunaikan ibadah puasa,
zakat, dan tentang pokok ajaran (akidah) ketuhanannya, yakni tauhid
(mengesakan Allah), yaitu Allah itu Maha Esa (tunggal). la tidak beranak
dan tidak diperanakkan, dan tidak ada sesuatu pun yang serupa
dengan-Nya.
Mimpi Berkelahi
Sebelum saya menyatakan diri masuk agama Islam, lebih baik saya ceritakan pengalaman saya yang sungguh unik ini melalui mimpi.
Dengan penuh rasa takut saya berlari,
dikejar oleh lima orang bersenjata yang hendak membunuh saya. Saya
terpojok di suatu sudut. Para penjahat itu makin mendekat ke arah saya,
dan tanpa saya sadari, tangan saya terasa menggenggam senjata sejenis
keris. Lalu, dengan satu dorongan, entah mendapat kekuatan dari mana,
saya berteriak, “Allahu Akbar” tiga kali. Sungguh menakjubkan, kelima
penjahat bersenjata itu, semuanya musnah dan hangus bagaikan
lembaran-lembaran kertas terbakar. Apa makna mimpi tersebut?
Tahap selanjutnya dan yang sangat utama, setelah membulatkan pendirian dan keyakinan, saya ingin memeluk agama Islam. Hal ini saya rundingkan terlebih dulu dengan kekasih saya. Keputusannya, Vera, kekasih saya itu, tidak keberatan saya memilih agama Islam.
Sejalan dengan perjalanan saya sebagai muallaf,
dengan tuntunan taufik dan hidayah Allah SWT., Vera, pada tahun 1983
mendapat petunjuk ke jalan yang lurus. la menjadi muslimah dengan
kesadarannya sendiri.
Kini, lengkap dan utuhlah sudah
keluarga saya sebagai keluarga muslim, sebagai awal perjalanan hidup
kami untuk mengukuhkan serta memantapkan pengabdian dan ibadah kami
kepada Allah SWT, sebagaimana doa iftitah dalam shalat yang berbunyi :
“Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku semata-mata hanya
untuk Allah seru sekalian alam. “
Komentar
Posting Komentar