SELAIN menyebutkan
beberapa kriteria manusia-manusia terbaik menurut pandangan Islam,
hadits-hadits Rasulullah ternyata juga menyitir kriteria manusia-manusia
terburuk. Tentu saja, maksudnya cukup jelas. Beliau mendorong kita
untuk meniru kebaikan kelompok pertama, dan menjauhi keburukan kelompok
kedua. Mungkin sudah cukup banyak dikupas tentang siapa saja sebaik-baik
manusia (khairun-naas) itu, maka kini giliran kita mengetahui siapa saja seburuk-buruk manusia (syarrun-naas). Mengapa demikian?
Sebab, mengetahui keburukan adalah salah satu cara untuk bisa menghindarinya. Seorang Sahabat Nabi, yaitu Hudzaifah bin Yaman pernah berkata, “Dulu
orang-orang bertanya kepada Rasulullah tentang kebaikan, namun saya
bertanya kepada beliau tentang keburukan, karena saya khawatir jika
terjerumus ke dalamnya.”
Jadi, siapa sajakah manusia-manusia terburuk itu, sehingga kita bisa mendidik diri kita sendiri agar tidak seperti mereka?
Pertama, orang yang bermuka dua. Rasulullah bersabda, “Kalian
akan mendapati seburuk-buruk manusia adalah orang-orang yang bermuka
dua. Dia mendatangi kelompok yang ini dengan satu wajah, dan mendatangi
kelompok lainnya dengan wajah lain pula.” (Riwayat Bukhari-Muslim, dari Abu Hurairah).
Yang
dimaksud “orang bermuka dua” adalah kaum munafik. Dia tidak memiliki
pendirian dan keteguhan dalam imannya. Maka, bila berkumpul dengan kaum
Muslimin, seolah-olah ia bagian dari mereka. Namun, jika bersama-sama
kaum kafir, bisa jadi ia lebih dahsyat kekafirannya dibanding kaum kafir
itu sendiri. Padahal, Allah mengancam kaum munafik akan dimasukkan ke dasar neraka yang terdalam.
إِنَّ الْمُنَافِقِينَ فِي الدَّرْكِ الأَسْفَلِ مِنَ النَّارِ وَلَن تَجِدَ لَهُمْ نَصِيراً
“Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada
tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kamu sekali-kali tidak akan
mendapat seorang penolongpun bagi mereka.” (QS. an-Nisa’: 145)
Kedua, orang yang ditakuti sesama manusia karena kejahatannya
Suatu
ketika, ada seseorang yang minta izin untuk bertamu kepada Rasulullah.
Tatkala melihatnya, beliau berkata, “Izinkah dia masuk. Dia ini
seburuk-buruk keturunan – atau: anggota – suatu kabilah!” Tatkala dia
telah masuk, ternyata Rasulullah bersikap sangat lembut dan bahkan
tertawa-tawa bersamanya. Setelah ia pergi, ‘Aisyah bertanya, “Wahai
Rasulullah, Anda telah menyatakan apa yang Anda nyatakan tadi (tentang
orang itu), lalu mengapa Anda berbicara secara lemah lembut kepadanya?”
Beliau menjawab, “Wahai ‘Aisyah, sungguh manusia yang paling buruk
kedudukannya di sisi Allah adalah seseorang yang ditinggalkan – atau:
dijauhi – oleh sesamanya semata-mata mereka takut kepada kejahatannya.” (Riwayat Bukhari-Muslim, dari ‘Aisyah).
Ketiga, orang yang tidak bisa disadarkan oleh pesan-pesan Al-Qur’an. Rasulullah bersabda, “Di
antara manusia yang terburuk adalah seorang pendurhaka lagi kurang
ajar, yang membaca Kitab Allah namun tidak tersadarkan oleh satu pun
darinya.” (Riwayat Ahmad, dengan sanad hasan).
Jadi, apakah yang bisa diharapkan dari seseorang yang tidak mempan
oleh nasihat dari Allah? Hatinya telah terkunci mati, sehingga ia akan
lebih sesat dibanding seekor hewan ternak sekalipun.
سَاء مَثَلاً الْقَوْمُ الَّذِينَ كَذَّبُواْ بِآيَاتِنَا وَأَنفُسَهُمْ كَانُواْ يَظْلِمُونَ مَن يَهْدِ اللّهُ فَهُوَ الْمُهْتَدِي وَمَن يُضْلِلْ فَأُوْلَـئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ وَلَقَدْ
ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيراً مِّنَ الْجِنِّ وَالإِنسِ لَهُمْ قُلُوبٌ
لاَّ يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لاَّ يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ
آذَانٌ لاَّ يَسْمَعُونَ بِهَا أُوْلَـئِكَ كَالأَنْعَامِ بَلْ هُمْ
أَضَلُّ أُوْلَـئِكَ هُمُ الْغَافِلُون
“Amat buruklah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat- ayat Kami dan kepada diri mereka sendirilah mereka berbuat zalim.
“Barangsiapa
yang diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk;
dan barangsiapa yang disesatkan Allah [583], maka merekalah orang-orang
yang merugi.” “Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka
Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi
tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka
mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda
kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak
dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi.
Mereka itulah orang-orang yang lalai. Kedatangan azab Allah kepada
orang-orang yang mendustakan ayat- ayat-Nya dengan cara istidraj.” (QS. al-A’raf: 177-179)
أَمْ تَحْسَبُ أَنَّ أَكْثَرَهُمْ يَسْمَعُونَ أَوْ يَعْقِلُونَ إِنْ هُمْ إِلَّا كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ سَبِيلاً
“Atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami. Mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya (dari binatang ternak itu).” (QS: al-Furqan:44).
Keempat, orang yang mengalami Hari Kiamat dan menjadikan kuburan sebagai masjid. Rasulullah bersabda, “Di antara manusia terburuk adalah mereka yang mendapati Hari Kiamat dan orang-orang yang menjadikan kuburan sebagai masjid.” (Riwayat Ibnu Hibban. Isnad-nya hasan).
Hadits
ini berhubungan dengan pernyataan beliau lainnya, bahwa Hari Kiamat
tidak akan terjadi kecuali jika sudah tidak ada seorang pun yang menyeru
nama Allah di muka bumi. Tentu saja, zaman di mana nama Allah tidak
lagi dikenal pastilah merupakan zaman terburuk, dan berisi
manusia-manusia terburuk. Adapun menjadikan kuburan sebagai masjid, maka
cukup banyak hadits lain yang melarangnya, di antaranya karena hal itu
meniru-niru atau menyamai perbuatan kaum Yahudi dan Kristen.
Kelima, orang yang merusak akhiratnya demi meraih dunia milik orang lain. Rasulullah bersabda, “Di
antara orang yang paling buruk kedudukannya pada Hari Kiamat adalah
seseorang hamba yang menghancurkan akhiratnya demi merebut dunia milik
orang lain.” (Riwayat Ibnu Majah. Menurut al-Bushiri: sanad-nya hasan).
Yang
dimaksud adalah orang yang membunuh sesamanya demi merampok hartanya,
sehingga karena ambisi dunia itulah dia merebut hak milik orang lain dan
menghancurkan akhiratnya sendiri. Atau, dia bersedia membantu orang
zhalim demi meraih iming-iming duniawi, sehingga agamanya pun hancur.
Keenam,
orang yang panjang umurnya, tapi jelek amal perbuatannya. Abu Bakrah
bercerita, bahwa suatu kali seseorang bertanya kepada Rasulullah, “Orang
seperti apakah yang paling baik?” Beliau menjawab, “Orang yang panjang
umurnya dan baik amalnya.” Dia bertanya lagi, “Lalu, orang seperti apa
yang paling buruk?” Beliau menjawab, “Orang yang panjang umurnya, tapi
jelek amal perbuatannya.” (Riwayat Tirmidzi. Hadits shahih li ghairihi).
Ketujuh, orang yang tidak bisa diharapkan
kebaikannya dan justru tidak bisa dirasa aman dari keburukannya. Abu
Hurairah bercerita, bahwa suatu kali Rasulullah berdiri di dekat
beberapa orang yang duduk-duduk, lalu bertanya, “Maukah kalian aku
beritahu siapa orang terbaik dibandingkan orang terburuk di antara
kalian?” Mereka pun terdiam (tidak menjawab). Beliau mengulangi
pertanyaannya tiga kali, lalu ada seseorang yang menjawab, “Mau, wahai
Rasulullah. Beritahu kami siapa orang terbaik dibanding orang terburuk
di antara kami.” Beliau bersabda, “Yang terbaik di antara kalian adalah
orang yang bisa diharapkan kebaikannya dan dirasa aman dari
keburukannya. Sedangkan orang terburuk di antara kalian adalah orang
yang tidak bisa diharapkan kebaikannya dan justru tidak bisa dirasa aman
dari keburukannya.” (Riwayat Tirmidzi. Hadits hasan-shahih). Wallahu a’lam.*/Alimin Mukhtar, seorang guru, tinggal di Malang,Jawa Timur
Red: Cholis Akbar
|
Komentar
Posting Komentar