Alfaafa Dan Kejayaan Bangsa-Bangsa Di Dunia…

Oleh Muhaimin Iqbal
Ketika 1,300 tahun lalu Tariq Bin Ziyad membakar kapalnya dan mendarat di Gibraltar (Jabal Tariq), pasukan Tariq yang hanya sekitar 7,000 orang mampu mengalahkan pasukannya raja Roderick Spanyol yang berjumlah 25,000 orang. Kemenangan ini tentu karena pertolongan Allah semata, tetapi ada sisi-sisi ikhtiari manusianya yang juga harus berusaha keras untuk mencapai kemenangan tersebut. Di antara sisi ikhtiari ini adalah upaya menyediakan logistik yang efisien untuk mendukung kekuatan pasukan.


Bisa Anda bayangkan, setelah Tariq mendaratkan pasukannya dan membakar kapalnya – dengan apa dia bisa terus masuk merangsek ke daratan Spanyol? Berjalan kaki kah?Tentu tidak. Mereka juga menyiapkan kuda-kuda perang yang perkasa untuk dapat mengalahkan kekuatan musuh yang jauh lebih besar.

Tetapi kuda-kuda ini tentu perlu diberi makan agar tetap kuat berlari, lantas dari mana makannya? Sedangkan ketika 7,000 pasukan Muslim masuk pertama kali ke Spanyol tentu belum memungkinkan untuk memperoleh support logistik dari daerah yang dimasukinya karena semuanya masih wilayah musuh. Inilah pentingnya logistik dalam setiap gerakan pasukan, jadi selain mereka memiliki bekal secukupnya untuk pasukan, mereka juga membawa bekal secukupnya untuk kuda-kudanya.
Untuk tetap perkasa, kuda harus diberi makan bergizi yang cukup. Bila yang dibawa adalah rumput-rumput biasa, akan perlu begitu banyak rumput harus dibawa sehingga di kapal tidak ada lagi tempat untuk pasukannya. Maka harus ada sedikit rumput yang cukup untuk membuat kuda-kuda tersebut tetap perkasa. Rumput alfaafa-lah (yang kemudian bangsa spanyol menyebutnya alfalfa) yang menjadi bekal logistik pakan kuda-kuda Tariq ini.

Selama kurun waktu yang hampir 8 abad kemudian (781 tahun), pasukan Islam memakmurkan sebagian bumi Eropa antara lain dengan mengajari mereka bercocok tanam dlsb, termasuk juga menanam alfaafa ini. Maka ketika pasukan Spanyol pimpinan Hernando Cortez mendaratkan kapal-kapalnya di Meksiko tahun 1519 atau 27 tahun pasca berakhirnya kekuasaan Islam di Spanyol (1492), mereka telah belajar hampir 8 abad tersebut dari Islam - termasuk dalam hal menyiapkan logistik perangnya.

Pasukan Hernado Cortez-pun membawa kuda-kuda dan rumput yang dibawa-pun adalah rumput alfaafa – dari sinilah benua Amerika mengenal alfaafa itu hingga kini. Spanyol menguasai Amerika latin sekitar 300 tahun atau hampir sama dengan Belanda menguasai negeri ini. Maka tidak heran bila salah satu bahasa yang popular di Amerika Latin sampai sekarang adalah bahasa Spanyol.

Sisi lain yang tidak menjadi perhatian dan jarang ditulis di dalam sejarah adalah logistiknya. Pasukan menjadi unggul manakala ligistiknya juga unggul. Ketika Islam unggul di Spanyol 781 tahun, logistik mereka unggul – dan mereka juga menguasai tanaman alfaafa.

Ketika 300 tahun kemudian ganti Spanyol yang unggul khususnya di Amerika Latin, mereka juga unggul di bidang logistik termasuk alfaafa untuk kuda-kuda mereka – keunggulan yang mereka pelajari selama 781 tahun dari Islam di Spanyol.

Kini negeri baru Amerika Serikat yang baru exist kurang dari 240 tahun terakhir, mereka secara tidak langsung ‘menguasai’ dunia dengan kekuatan militer, teknologi, budaya popular dan juga produk-produk peternakan (daging) dan pertanian - termasuk alfaafa-nya yang mencapai sekitar 9.2 juta hektar luas tanam – terbesar di dunia saat ini.
Alfaafa di perkebunan Jonggol


Maka tidak ada yang kebetulan di dunia ini, sunatullah dalam hukum sebab akibat berlaku dan terbukti dalam sejarah. Islam Berjaya 781 tahun di Spanyol ketika sisi ikhtiari mereka juga kuat – yang dengan ikhtiar-nya tersebut mereka ditolong Allah, sisi iktiar mereka termasuk menyiapkan logistik untuk kuda-kuda perang dengan rumput yang paling efisien yaitu alfaafa – yang nama maupun karakternya disebut di Al-Qur’an (QS 78 : 16 dan QS 80 : 28).

Tetapi mengapa alfaafa atau alfalfa bisa menjadi faktor plus dalam kejayaan bangsa-bangsa dalam sejarah dunia ?. Dalam ilmu energy, ada dikenal istilah EROI – Energy Return On Investment. Yaitu energy earned (yang dihasilkan) dibagi dengan dengan energy consumed (yang dikonsumsi) dari suatu system.

Bangsa-bangsa yang memiliki pengelolaan energy dengan EROI tertinggi dia yang akan mempunyai tenaga ekstra untuk menjaga eksistensi bangsa tersebut dan akan terus berkembang. Sebaliknya bangsa-bangsa yang memiliki system dengan EROI rendah, maka dia akan sulit bertahan dan bahkan akan cenderung punah.
Terkait dengan EROI ini; untuk produk pertanian alfaafa memiliki EROI tertinggi dibandingkan tanaman lain seperti gandum, jagung dlsb. EROI Alfaafa adalah 27, dibandingkankan dengan gandum yang hanya dikisaran 12 dan jagung di kisaran 6. Jadi dengan input yang sama alfaafa memberikan hasil yang 2.25 kali dari gandum dan sekitar 4.5 kali dari jagung.

Artinya apa ini? Bangsa-bangsa yang menguasai alfaafa tidak kebetulan bila mereka juga menguasai dunia karena efisiensi di sisi produksi energy berupa pangan dan pakan untuk ternak mereka. Maka bukan kebetulan pula bila di Al-Qur’an ada dua surat yang berurutan yang didalamnya mengandung petunjuk untuk memperhatikan urusan pangan dan pakan ini : “Mataa ’allakum wa li an’amikum” , Semua itu untuk kesenanganmu dan untuk hewan-hewan ternakmu (QS 79:33 dan QS 80: 32). Maka inilah bagian dari ikhtiar itu, ikhtiar untuk kita juga mulai menanam alfaafa – sebagai sumber pangan dan pakan yang sangat efisien sepanjang masa.

Dari tiga kali pertemuan dalam Pesantren Wirausaha Akhir Pekan, setidaknya kami sudah membagikan bibit alfaafa ke sekitar 300 orang dan belajar bareng pula untuk cara menanamnya. Mudah-mudahan ini menjadi awal bangkitnya kekuatan umat ini, awal untuk mengembalikan kejayaan umat Islam di tengah peradaban umat-umat lain yang kini lagi menguasai dunia – melengkapi ikhtiar yang juga dilakukan oleh saudara-saudara kita yang lain dibidang penguatan aqidah, pendidikan, politik, ekonomi, pemikiran dlsb. InsyaAllah.

eramuslim.com

Komentar