Nama lengkapnya Fathimah binti Asad bin Hasyim bin Abdi Manaf bin Qushaiy bin Kilab. Beliau adalah istri Abu Thalib. Sejak usia 8 tahun, Rasulullah saw tinggal bersama dengannya.
Nabi Muhammad saw sangat menghormati Fathimah. Bahkan
beliau memanggilnya 'Ibu'. Hal ini dikarenakan Fathimah memperlakukan
Muhammad seperti anaknya sendiri. Beliau dipeluk, disayang bahkan
diperhatikan melebihi anak-anak Fathimah sendiri.
Perhatian Fathimah pada Rasulullah semakin meningkat
sepulangnya dari misi perdagangan ke Syam bersama sang paman. Pada saat
singgah di Bushra, rahib Buhaira menyampaikan pada Abu Thalib bahwa
keponakannya adalah manusia pilihan. Buhaira juga berpesan agar ia
menjaganya dari kaum Yahudi. Sesampainya di Mekah, Abu Thalib
menceritakan hal ini pada Fathimah.
Sebagaimana Abu Thalib, Fathimah pun terkesima, lalu
berkata, “Kalau begitu, kepergian Muhammad bersamamu bukan suatu
kebetulan, tetapi atas takdir Allah sehingga kau dapat melihat kejadian
itu. Dibalik pribadi Muhammad tersimpan misteri besar. Dan kita masih
akan menyaksikan misteri yang lebih mencengangkan di hari-hari mendatang
ketika ia tumbuh dewasa. Kita layak menunggu dengan penuh antusias
hingga saat itu tiba.”
“Itu kalau ia diselamatkan Allah dari orang Yahudi yang
akan mencelakakannya. Sungguh aku mencemaskannya Fathimah!” sela Abu
Thalib dengan penuh kekhawatiran.
“Tidak ada orang Yahudi yang tinggal di Mekah. Mereka hanya
bolak-balik untuk urusan perdagangan. Kita harus menjaga rahasia yang
disampaikan rahib itu. Muhammad harus selalu dalam pengawasan kita,”
jawab Fathimah.
Sejak hari itu, perhatian Fathimah pada Muhammad semakin
bertambah dari hari ke hari. Itu tampak hingga hal kecil, misalnya
masalah makanan Rasulullah. Jika sedang makan bersama, Rasulullah selalu
mengalah. Melihat itu, Fathimah iba. Seringkali Fathimah mengambilkan
makanan tersendiri untuk Muhammad saw. Ini membuat beliau saw merasa
tidak enak hati karena terkesan dianakemaskan.
Segala perhatian dan kasih sayang Fathimah membekas kuat di
sanubari Rasulullah. Apalagi saat ia menjadi pengikut risalah Islam.
Semakin dalam rasa cinta dan hormat Nabi Muhammad pada bibi sekaligus
ibu keduanya itu.
Tak heran, betapa berdukanya Rasulullah saat mendengar
Fathimah menghadap kepada-Nya. Sebagai tanda cinta, beliau melepas
jubahnya untuk dijadikan kafan. Bahkan sebelum jenazah sang bibi
dibaringkan di liang lahat, Rasulullah terlebih dahulu membaringkan diri
di liang kubur.
Lalu seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah saw
mengenai perlakuan yang tidak biasa beliau berikan kepada orang lain
itu. Rasulullah saw menjawab, “Tidak ada selepas Abu Thalib yang aku
hormati selainnya. Sesungguhnya aku memakaikannya jubah supaya dia
memakai perhiasan surga, dan aku berbaring di dalam kuburnya agar
terhindar darinya azab kubur.”
Aini Firdaus
http://www.ummi-online.com
Komentar
Posting Komentar