SYEIKH ABDUL FATTAH ABU GHUDDAH, seorang ulama muhaddits pengikut madzhab Hanafi mengisahkan dari beberapa ulama Pakistan mengenai kahidupan seorang penguasa di Pakistan Utara, yakni Amir Mahsud.
Suatu saat ada
seorang lelaki dari rakyat jelata yang mengeluh kepada Amir Mahsud
mengenai kecemasannya dan kasusahannya. Ia sendiri menyatakan kepada
sang amir,”Sedangkan engkau hidup dalam keadaan baik, demikian pula
makanan dan minumanmu. Engkau adalah penguasa yang segala sesuatu
dihidangkan untuk dirimu.” Mendengar pernyataan si lelaki, Amir Mahsud terdiam dan tidak menjawab.
Kemudian Amir
Mahsud mengundang lelaki tersebut untuk menyantap hidangan di
istananya. Namun di atas meja hidangan tergantung sebuah pedang besar
yang tajam pada sebuah tali yang hendak putus, yang suatu saat bisa
membuat pedang itu jatuh dan menebas siapa saja yang berada di bawahnya.
Amir Mahsud kemudian mempersilahkan kepada si lelaki untuk menikmati hidangan,”Silahkan engkau menikmati berbagai jenis makanan, sesungguhnya makanan itu sangat lezat.”
Si laki-laki mengatakan,”Memang demikian, akan tetapi ketakutanku akan jatuhnya pedang itu membuatku tidak bisa menikmati hidangan.”
Amir Mahsud pun mengatakan,”Demikianlah
kehidupanku yang engkau iri dengannya. Engkau menginginkan sesuatu yang
engkau sendiri jahil terhadapanya. Sesungguhnya aku terancam oleh
pembunuhan setiap saat dari musuhku atau kerabatku yang tamak terhadap
kekuasaanku, baik dengan meracunku melalui makanan, dengan membunuhku di
waktu tidur atau dengan memberontak dan menggulingkan kekuasaanku.” (Ta’liq Risalah Al Mustarsyidin, hal. 223-224)/Hidayatullah.com
Komentar
Posting Komentar