Tetapi setelah Rasulullah SAW
wafat, Fatimah menuturkan bahwa ayahnya membisikkan kepadanya, bahwa
beliau akan meninggal karena sakitnya ini. Itu sebabnya Fatimah
menangis. Kemudian beliau membisikkan lagi bahwa putrinya itulah dari
keluarganya yang pertama kali akan menyusul. Itu sebabnya Fatimah
tertawa.
Karena panas demam yang tinggi itu, sebuah bejana berisi air dingin diletakkan disamping Rasulullah. Sekali-sekali beliau meletakkan tangan ke dalam air itu lalu mengusapkan ke wajahnya. Saking tingginya suhu tubuh Nabi SAW, kadang beliau sampai tak sadarkan diri. Kemudian sadar kembali dalam keadaan yang sudah sangat payah.
Karena perasaan sedih yang menyayat hati, pada suatu hari Fatimah berkata mengenai penderitaan ayahnya itu, "Alangkah beratnya penderitaan ayah."
"Tidak. Takkan ada lagi penderitaan ayahmu sesudah hari ini," jawab Rasulullah.
Berita sakitnya Nabi yang bertambah keras itu telah tersiar dari mulut ke mulut, sehingga akhirnya Usamah dan pasukannya yang ada di Jurf pulang ke Madinah. Ketika Usamah masuk menemui Nabi di rumah Aisyah RA, beliau sudah tidak dapat berbicara. Namun setelah melihat Usamah, beliau mengangkat tangan ke atas kemudian meletakkannya pada Usamah sebagai tanda mendoakan.
Rasulullah SAW memiliki harta tujuh dinar ketika penyakitnya mulai terasa berat. Khawatir bila meninggal harta masih itu masih di tangan beliau, maka dimintanya supaya uang itu disedekahkan. Tetapi karena kesibukan mereka merawat dan mengurus Nabi selama sakitnya, mereka lupa melaksanakan perintah itu.
Sehari sebelum wafatnya, Rasulullah sadar kembali dari pingsannya. Beliau bertanya kepada mereka, "Apa yang kamu lakukan dengan (dinar) itu?"
Aisyah menjawab, bahwa itu masih ada di tangannya. Rasulullah memintanya kembali. Setelah menerima uang itu, Nabi bersabda, "Bagaimanakah jawab Muhammad kepada Tuhan, sekiranya ia menghadap Allah, sedang ini (dinar) masih di tangannya?"
Kemudian semua uang tersebut disedekahkan kepada fakir-miskin di kalangan Muslimin.
Malam itu, Rasulullah dalam keadaan tenang. Demamnya sudah mulai turun. Keesokan harinya, beliau sempat keluar rumah, pergi ke masjid dengan berikat kepala dan bertopang kepada Ali bin Abi Thalib dan Fadl bin Abbas. Saat itu, Abu Bakar sedang mengimami orang-orang shalat.
Rasulullah kemudian duduk di samping Abu Bakar dan shalat sambil duduk di sebelah kanannya. Usai shalat, beliau menghadap kepada orang banyak, dan berkata dengan suara agak keras sehingga terdengar sampai ke luar masjid.
Karena panas demam yang tinggi itu, sebuah bejana berisi air dingin diletakkan disamping Rasulullah. Sekali-sekali beliau meletakkan tangan ke dalam air itu lalu mengusapkan ke wajahnya. Saking tingginya suhu tubuh Nabi SAW, kadang beliau sampai tak sadarkan diri. Kemudian sadar kembali dalam keadaan yang sudah sangat payah.
Karena perasaan sedih yang menyayat hati, pada suatu hari Fatimah berkata mengenai penderitaan ayahnya itu, "Alangkah beratnya penderitaan ayah."
"Tidak. Takkan ada lagi penderitaan ayahmu sesudah hari ini," jawab Rasulullah.
Berita sakitnya Nabi yang bertambah keras itu telah tersiar dari mulut ke mulut, sehingga akhirnya Usamah dan pasukannya yang ada di Jurf pulang ke Madinah. Ketika Usamah masuk menemui Nabi di rumah Aisyah RA, beliau sudah tidak dapat berbicara. Namun setelah melihat Usamah, beliau mengangkat tangan ke atas kemudian meletakkannya pada Usamah sebagai tanda mendoakan.
Rasulullah SAW memiliki harta tujuh dinar ketika penyakitnya mulai terasa berat. Khawatir bila meninggal harta masih itu masih di tangan beliau, maka dimintanya supaya uang itu disedekahkan. Tetapi karena kesibukan mereka merawat dan mengurus Nabi selama sakitnya, mereka lupa melaksanakan perintah itu.
Sehari sebelum wafatnya, Rasulullah sadar kembali dari pingsannya. Beliau bertanya kepada mereka, "Apa yang kamu lakukan dengan (dinar) itu?"
Aisyah menjawab, bahwa itu masih ada di tangannya. Rasulullah memintanya kembali. Setelah menerima uang itu, Nabi bersabda, "Bagaimanakah jawab Muhammad kepada Tuhan, sekiranya ia menghadap Allah, sedang ini (dinar) masih di tangannya?"
Kemudian semua uang tersebut disedekahkan kepada fakir-miskin di kalangan Muslimin.
Malam itu, Rasulullah dalam keadaan tenang. Demamnya sudah mulai turun. Keesokan harinya, beliau sempat keluar rumah, pergi ke masjid dengan berikat kepala dan bertopang kepada Ali bin Abi Thalib dan Fadl bin Abbas. Saat itu, Abu Bakar sedang mengimami orang-orang shalat.
Rasulullah kemudian duduk di samping Abu Bakar dan shalat sambil duduk di sebelah kanannya. Usai shalat, beliau menghadap kepada orang banyak, dan berkata dengan suara agak keras sehingga terdengar sampai ke luar masjid.
Komentar
Posting Komentar