MASLAMAH BIN ABDUL MALIK BIN MARWAN tabi’in yang menjadi panglima perang di masa kekuasaaan Umawi suatu saat mengepung sebuah benteng musuh. Ada yang berlobang pada dinding benteng itu, hingga beliau mempersilahkan siapa saja menjadi relawan untuk memasuki lobang itu dan membuka benteng dari dalam. Namun, setelah ditunggu tidak ada yang berani mengajukan diri.
Akhirnya, seorang
prajurit rendahan siap menjadi relawan untuk memasuki lubang benteng
tersebut, hingga akhirnya pintu benteng terbuka dan pasukan Maslamah
berhasil menguasai benteng itu.
Setelah
perang usai Maslamah mencari-cari relawan tadi, namun tidak ada yang
datang menemui beliau. Akhirnya beliau memerintahkan penjaga untuk
mencari si penerobos untuk dibawah ke perkemahan guna menghadap.
Kemudian
seorang laki-laki datang menemui penjaga dan minta izin untuk menemui
Maslamah. Penjaga pun bertanya,”Engkau si penerobos?” Laki-laki itu
menjawab,”Saya akan memberi informasi tentangnya.” Akhirnya laki-laki
itu dibawa penjaga untuk menemui Maslamah.
Di depan
Maslamah laki-laki itu lantas menyampaikan,”Sesungguhnya si penerobos
menginginkan tiga hal dari Anda. Jangan engkau tulis namanya untuk
dilaporkan kepada khalifah, jangan diperintah mengenai apa pun, dan
jangan ditanya dari kabilah mana ia berasal.”Maslamah pun menjawab,”Permintaan itu saya penuhi.” Lantas laki-laki itu pun mengatakan,”Sayalah si penerobos itu.”
Setelah
persitiwa itu, Maslamah tidak melaksanakan shalat kecuali meamnjatkan
doa,”Ya Allah jadikanlah aku bersama si penerobos.” (Uyun Al Akhbar,
1/172).
Demikianlah orang
shalih terdahulu dalam menyembunyikan amalan, mereka menjauhi
popularitas dan tidak ingin memperoleh penghargaan manusia dari jasanya
Komentar
Posting Komentar