Tidak Ada Pekerjaan Tetap, Tetapi Tetap Bekerja…

Oleh Muhaimin Iqbal
Di masjid komplek tempat saya tinggal, jamaah shalat dhuhurnya kini hampir sama banyaknya dengan shalat fardhu lainnya. Kok bisa ?, bukankah penghuninya pada ke kantor di siang hari ? sebagiannya memang demikian, tetapi cukup banyak yang mulai bekerja di rumah. Yang pada bekerja di rumah ini sebagian memiliki pegawai beberapa orang, maka mereka inilah yang ikut meramaikan masjid di siang hari selain penghuni komplek sendiri. Awalnya orang yang melihat kami siang-siang pada sarungan ke masjid, sering bertanya ‘apakah Anda tidak bekerja ?’, maka sambil berseloroh kami punya jawaban yang khas untuk ini :
‘kami ini adalah orang-orang yang tidak memiliki pekerjaan tetap, tetapi kami tetap bekerja !’.

Inilah paradigma baru yang rupanya menular di komplek kami tinggal. Belasan tahun lalu ketika saya mulai masuk komplek ini, saat itu hampir semua orang bekerja di kantor sehingga masjid sepi ketika siang hari. Kini hampir berimbang antara yang bekerja di kantor dan yang di rumah. Sebagian karena usia pensiun, sebagian karena memutuskan untuk berwirausaha sebelum usia pensiun tiba, sebagian lain memang dengan bantuan teknologi kini bisa bekerja dari rumah.

Ada budaya baru yang menarik yaitu orang-orang sarungan atau pakai baju gamis ke masjid siang hari – padahal mereka orang-orang yang sibuk. Kok bisa ?, kapan mereka berganti sarung atu gamisnya ? mereka tidak perlu berganti !, karena ketika mereka bekerja di rumah, tidak lagi diperlukan pakaian formal – sarungan atau bergamis-pun jadi.

Yang ikut saya rasakan adalah bahwa ketika kita tidak lagi terkendala waktu (bekerja harus pada waktu-waktu tertentu), tidak terkendala ruang (bekerja harus berkantor), tidak terkendala formalitas (bekerja harus pakai pakaian resmi, berdasi atau bahkan ber jas) maupun kendala-kendala lainnya, maka pengaruhnya adalah pada kreativitas dan kebebasan kita untuk berpikir.

Saya misalnya, tidak kebayang dalam profesi saya yang lama ketika bekerja harus pada jam kerja pergi ke kantor di pusat kota dengan berdasi dan berjas – tetapi pada saat yang bersamaan juga mengurusi peternakan kambing di lapangan, atau berganti sarung untuk shalat dhuhur di masjid. Jangankan shalat khusu’ di masjid, shalat tepat waktu saja tidak selalu mudah bagi orang-orang kantoran.

Belenggu ruang dan waktu kerja, belenggu pakaian dan formalitas lainnya terkadang ikut membelenggu kebebasan berpikir kita dan membatasi ruang gerak kita. Istilah ‘pekerjaan tetap’ – yang dahulu menjadi kebanggaan calon mertua bila sang calon menantu sudah memilikinya, mungkin waktunya untuk direnungkan kembali sekarang.

Bila Anda memiliki ‘pekerjaan tetap’ sampai Anda pensiun, bukankah ini berarti Anda sudah memutuskan untuk diri Anda sendiri tetap sebagai pegawai sampai usia pensiun ?. Bukankah ini akan memasukkan Anda menjadi bagian dari 9 orang dari 10 orang yang tidak siap ketika pensiun tiba ?.

Yang jelas tidak semudah membalikkan telapak tangan untuk berhijrah dari kwandrant E (Employee) ke S (Self Employed), B (Business Owner) atau bahkan I (Investor), tetapi bila Anda tidak mencobanya selagi muda – toh Anda kemungkinan juga harus menghadapinya ketika usia pensiun Anda tiba !, jadi mencobanya lebih cepat insyaallah akan lebih baik.

Yang perlu di sadari adalah bila Anda sudah di kwadrant S, B atau I , pekerjaan Anda juga tidak akan lebih ringan dari pekerjaan di kwadrant E. Terutama di awal-awal usaha, bisa jadi Anda perlu bekerja siang malam dan tidak mengenal hari libur. Bahkan ketika sukses-pun menghampiri Anda, sukses ini tidak bersifat permanen – Anda tetap harus bekerja keras untuk mempertahankannya atau bahkan mencapai puncak sukses berikutnya.

Sebaliknya juga ketika Anda gagal, kegagalan ini tidak harus bersifat final yang membuat Anda berhenti mencoba. Anda harus terus mencobanya karena kegagalan-kegagalan inilah yang nantinya justru menempa kwalitas Anda.

Di kwadrant S, B ataupun I, jadinya Anda memang tidak memiliki pekerjaan tetap – tetapi Anda tetap harus bekerja ! Wa Allahu A’lam.


Catatan : E, S, B, I adalah Istilah yang di perkenalkan oleh Robert T. Kiyosaki dalam bukunya Cashflow Quadrant (Warner Books, N.Y. 1998)

eramuslim.com

Komentar