Jika ada wanita yang dikelilingi ahli surga, Ummu Kultsum binti Ali bin
Abu Thaliblah orangnya. Dia adalah cucu Rasulullah saw. Ayahnya
termasuk assabiqunal awwalun (pemeluk agama Islam yang
pertama). Ibunya adalah pemimpin wanita di surga, yakni putri Rasulullah
saw, Fathimah ra. Sedang dua saudaranya, Hasan dan Husein adalah
penghulu ahli surga.]
Keutamaan Ummu Kultsum sebagai wanita mulia keturunan Rasulullah,
menarik hati Umar bin Khattab yang saat itu menjabat sebagai khalifah.
Meski demikian, Ali sebagai ayah dari Ummu Kultsum tidak serta merta
mengiyakan keinginan Umar tersebut. Saat Umar mengkhitbah Ummu Kultsum,
Ali bertanya,” Apa yang kamu inginkan darinya?” Umar menjawab,
“Sesungguhnya aku mendengar Rasulullah saw bersabda, 'Semua sebab dan
nasab akan terputus pada hari kiamat, kecuali sebabku dan nasabku
sendiri'.”
Menurut riwayat Abu Umar bin Abdul Barr, Umar berkata
kepada Ali, “Nikahkanlah aku dengan Ummu Kultsum, karena aku melihat
kemuliaan-kemuliaan pada dirinya yang tak terdapat pada orang lain.”
Lalu Ali menjawab, “Aku telah menyerahkannya kepadamu jika kamu
meridhainya dan aku telah menikahkanmu dengannya.”
Umar menikahi Ummu Kultsum dengan mahar sebesar 40 ribu
dirham (senilai dengan 64 miliar untuk ukuran saat ini) sebagai bentuk
penghormatan padanya. Mereka dikaruniai 2 anak, Zaid dan Ruqayyah.
Sebagai pendamping Amirul Mukminin, Ummu Kultsum senantiasa
mendukung suaminya dalam mengayomi masyarakat. Dan salah satu peristiwa
penting dialami Ummu Kultsum menjelang wafatnya Umar.
Pada malam itu, sebagaimana biasa Umar melakukan ronda
mengelilingi wilayahnya. Untuk memantau keadaan masyarakat, kalau-kalau
ada orang yang kelaparan atau membutuhkan pertolongan.
Di pinggir kota Madinah, Umar bertemu dengan seorang Badui
yang tengah gelisah di depan sebuah kemah. Dari dalam kemah terdengar
rintihan seorang wanita. Bergegas Umar mendatangi Badui tersebut dan
menanyakan apa yang sedang terjadi. Awalnya Badui itu menolak menjawab,
namun karena Umar terus mendesak akhirnya Badui itu berkata bahwa
istrinya sedang kesakitan karena mau melahirkan sementara tidak ada
seorang pun yang menolongnya.
Umar bergegas meninggalkan Badui itu dan pulang ke
rumahnya. Ia menemui Ummu Kultsum dan berkata,” Apakah kamu ingin
mendapat pahala yang Allah akan limpahkan kepadamu?” Ummu Kultsum
menjawab dengan antusias, “Apa wujud kebaikan dan pahala tersebut wahai
Umar?” Lalu Umar menjelaskan kondisi keluarga Badui yang baru ditemuinya
sekaligus mengajak Ummu Kultsum untuk membantu persalinan wanita istri
Badui tersebut. Ummu Kultsum bergegas menyiapkan peralatan untuk
persalinan bayi dan Umar memanggul gandum serta membawa minyak samin.
Sesampainya di sana, Ummu Kultsum bergegas masuk ke dalam
kemah dan menolong wanita Badui melahirkan bayinya. Sementara itu Umar
bergegas memasak makanan di luar kemah. Ketika bayi telah kahir, Ummu
Kultsum secara spontan berseru dari dalam kemah: "Wahai Amirul Mukminin,
sampaikan kepada temanmu itu bahwa ia dikaruniai anak laki-laki." Orang
Badui dan istrinya pun kaget, tidak menyangka bahwa orang yang memasak
untuk mereka adalah Amirul Mukminin.
Sepeninggal Umar, Ummu Kultsum menikah dengan sepupunya
'Aun bin Ja'far bin Abi Thalib sampai wafatnya ‘Aun, lalu ia menikah
lagi dengan saudara dari 'Aun bin Ja'far, yaitu Muhammad bin Ja'far bin
Abi Thalib. Setelah wafatnya suami ketiga ini, Ummu Kultsum pun menikah
lagi dengan saudara dari dua suaminya ini yaitu 'Abdullah bin Ja'far bin
Abi Thalib hingga Ummu Kultsum wafat.
Aini Firdaus
http://www.ummi-online.com
Komentar
Posting Komentar