Google Image
Melihat negara-negara maju seperti Jepang,
Amerika Serikat, Jerman, Perancis dan negara-negara maju lainnya tentu
mengingatkan kita pada sejarah perjalanan hidup bangsa mereka. Bahwa
kehidupan yang mereka alami sekarang merupakan hasil dari sejarah
kehidupan masa lalu mereka. Mimpi hari kemarin adalah kenyataan hari ini
dan mimpi hari ini adalah kenyataan hari esok. Seperti itulah
ungkapan-ungkapan yang sering diucapkan oleh orang-orang besar. Hingga
presiden pertama RI, Ir. Soekarno, juga pernah mengungkapkan hal serupa
dengan kata-kata yang berbeda tetapi memiliki makna yang sama, yaitu Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah
(Jasmerah). Inilah betapa pentingnya sebuah sejarah dalam kehidupan
baik itu bagi individu, masyarakat, bahkan negara sekalipun.
Tentunya ada alasan tertentu mengapa
orang-orang besar selalu mengingatkan untuk mengingat sejarah, salah
satunya adalah tentang ilmu. Ada banyak hal sebenarnya yang dapat
dipetik dari hikmah sejarah, namun kali ini akan lebih di fokuskan pada
warisan ilmu dari para rasul maupun sahabat-sahabat rasul.
Allah SWT berfirman: “Sesungguhnya
telah ada pada (diri ) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu
(iaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari
kiamat dan Dia banyak menyebut Allah”. (Al – Ahzab : 21)
Maha Suci Allah yang telah menciptakan
manusia yang paling mulia di muka bumi ini dengan menjadikan rasulullah
tauladan bagi orang yang menginginkan rahmat Allah. Allah telah
menjadikan Al Quran dan Sunnah sebagai panduan dalam perjalan kehidupan
kita. Dimana begitu banyak petunjuk-petunjuk yang dapat kita peroleh
untuk mencapai kebahagiaan di dunia maupun diakhirat. Rasulullah
merupakan seorang Entrepreneur sukses yang pada usia 12 tahun telah
menjadi ‘Manajer Unit Usaha Internasional’ Abu Thalib sampai ke Syam, di
usianya yang ke-20 tahun beliau menjadi pengelola utama bisnis besar
yang diinvestasikan Khadijah. Beliau adalah Entrepreneur dengan sifat
nabawi. Shiddiq (jujur), amanah (kapabel), fathanah (cerdas), dan
tabligh (informatif).
Di lain sisi beliau juga seorang panglima
perang, seorang ahli strategi militer yang terkuat sepanjang sejarah.
Bertempur dalam perang badar dengan pasukan yang jumlahnya 3 kali lipat
lebih sedikit dari pasukan musuh, namun dengan kepiawaian dan kemahiran
beliau dalam menyusun strategi yang menempatkan para inteligennya di
Mekah untuk memberikan informasi-informasi yang terkait tentang pasukan
Quraisy menjadikan mereka menang dalam pertempuran perang Badar.
Akan ada begitu banyak hal yang dapat kita
tauladani dari sosok beliau, yang bahkan dalam buku setebal 1000 lembar
pun tak akan cukup untuk menulis keteladanan beliau. Hingga orang-orang
terdekatnya seperti sahabat pun menjadi orang-orang yang hebat dalam
bidangnya masing-masing.
“Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang
buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan
ayat-ayat-Nya kepada mereka, menyucikan mereka dan mengajarkan kepada
mereka Kitab dan Al Hikmah. Dan sesungguhnya mereka sebelumnya
benar-benar dalam kesesatan yang nyata”. (Al Jumu’ah: 2)
Seperti Abu Bakar yang memiliki sifat lemah
lembut dalam perilaku dan tutur katanya, Umar yang memiliki sikap jujur
dan pemberani dalam menegakkan kebenaran, Utsman yang pemalu,
Abdurrahman bin Auf yang merupakan entrepreneur sukses, begitu juga
dengan Ali bin Abi Thalib yang kita kenal dengan pintu ilmu. Inilah
keistimewaan yang ada pada diri mereka masing-masing dengan meneladani
perilaku rasulullah SAW sebagai suri tauladan yang baik. Bahwa inti dari
kesuksesan mereka adalah meniru dan mempelajari sikap rasulullah.
Lalu apa yang terjadi pada kita sekarang,
mengapa masih banyak orang yang miskin, kurang berilmu, tidak jujur, dan
orang-orang yang berakhlak buruk? Bukankah kita memiliki suri tauladan
yang baik yang telah diwariskan untuk kita. Bukankah jika kita ingin
menjadi pengusaha yang sukses kita bisa menelusuri kisah Abdurrahman bin
Auf? Begitu juga ketika kita ingin menjadi seorang pemimpin yang
disegani, kita bisa membaca kisah Abu Bakar dan Umar. Disaat kita
memliki kekurangan ilmu, bukankah ada Ali bin Abi Thalib yang bisa
dijadikan contoh.
Dengan melihat kondisi yang tengah terjadi pada umat sekarang, kemanakah perginya warisan-warisan ilmu tersebut ?
“Alangkah banyaknya taman dan air yang
mereka tinggalkan, dan kebun-kebun serta tempat-tempat yang sangat
indah, dan kesenangan yang mereka nikmati. Demikianlah. Dan kami
wariskan semua itu kepada kaum yang lain. Maka langit dan bumi tidak
menangisi mereka dan mereka tidak diberi tangguh.” (Ad Dukhan : 25 – 29)
Maka dari itulah mengapa pentingnya
mengingat dan menelusuri sejarah. Agar dapat menjadi pedoman untuk
membawa kepada yang dicita-citakan. Seperti contoh negara Jepang yang
senantiasa melestarikan warisan-warisan para leluhurnya. Ketika pada PD
II, jika kita perhatikan rudal-rudal torpedik Jepang yang menghancurkan
kapal-kapal Amerika itu, ternyata didesain untuk mengambang di dekat
permukaan begitu dijatuhkan dari pesawat tempur ke lautan. Artinya,
pesawat tempur mereka tidak menjatuhkan bom diatas kapal Amerika,
melainkan mereka hanya cukup menjatuhkan rudal torpedik dari arah yang
jauh, kemudian rudal itu akan meluncur dan akan menghantam lambung
kapal. Yang membuat rudal itu mengambang adalah adanya kayu dan bambu.
Memakai kayu dan bambu adalah salah satu tradisi Jepang yang lestari.
Mereka mengambil hal-hal yang baik dari warisan leluhur dan menghapus
warisan yang buruk.
Semoga kita bisa komitmen dalam
melestarikan warisan-warisan yang telah diwariskan pada kita, untuk
menuntun kita kepada kebahagian dunia maupun akhirat. Wallahuallam.
Oleh: Arga Nur Pratama, BandungKAMMI IT Telkom
Komentar
Posting Komentar