Aisha Chuang
'Sok
tahu' pada dasarnya adalah "merasa sudah cukup berpengetahuan" padahal
sebenarnya kurang tahu. Masalahnya, orang yang sok tahu biasanya tidak
menyadarinya. Lantas, bagaimana kita tahu bahwa kita 'sok tahu'? Mari
kita mengambil hikmah dari Al-Qur'an. Ada beberapa ciri 'sok tahu' yang
bisa kita dapatkan bila kita menggunakan perspektif surat al-'Alaq.
1. Enggan Membaca
Ketika
disuruh malaikat Jibril, "Bacalah!", Rasulullah Saw. menjawab, "Aku
tidak bisa membaca." Lalu malaikat Jibril menyampaikan lima ayat pertama
yang memotivasi beliau untuk optimis. Adapun orang yang 'sok tahu'
pesimis akan kemampuannya. Sebelum berusaha semaksimal mungkin, ia lebih
dulu berdalih, "Ngapain baca-baca teori. Mahamin aja sulitnya minta
ampun. Yang penting prakteknya 'kan?" Padahal, Allah pencipta kita itu
Maha Pemurah. Ia mengajarkan kepada kita apa saja yang tidak kita
ketahui.
Disisi
lain, ada pula orang Islam yang terlalu optimis dengan pengetahuannya,
sehingga enggan memperdalam. Katanya, misalnya, "Ngapain baca-baca
Qur'an lagi. Toh udah khatam 7 kali. Mending buat kegiatan lain aja."
Padahal, Al-Qur'an adalah sumber dari segala sumber ilmu, sumber
'cahaya' yang tiada habis-habisnya menerangi kehidupan dunia. Katanya,
misalnya lagi, "Ngapain belajar ilmu agama lagi, toh sejak SD hingga
tamat kuliah udah diajarin terus." Padahal, 'ilmu agama' adalah ilmu
kehidupan dunia-akhirat.
2. Enggan Menulis
Orang
yang sok tahu terlalu mengandalkan kemampuannya dalam mengingat-ingat
dan menghafal pengetahuan atau ilmu yang diperolehnya. Ia enggan
mencatat. "Ngerepotin," katanya. Seolah-olah, otaknya adalah almari baja
yang isinya takkan hilang. Padahal, sifat lupa merupakan bagian dari
ciri manusia. Orang yang sok tahu enggan mencatat setiap membaca,
menyimak khutbah, kuliah, ceramah, dan sebagainya. Padahal, Allah telah
mengajarkan penggunaan pena kepada manusia.
Di
sisi lain, ada pula orang yang kurang mampu menghafal dan
mengingat-ingat pengetahuan yang diperolehnya, tapi ia merasa terlalu
bodoh untuk mampu menulis. "Susah," katanya. Padahal, merasa terlalu
bodoh itu jangan-jangan pertanda kemalasan. Emang sih, kalo nulis buat
orang lain, kita perlu ketrampilan tersendiri. Tapi, bila nulis buat
diri sendiri, bukankah kita gak bakal kesulitan nulis 'sesuka hati'? Apa
susahnya nulis di buku harian, misalnya, "Tentang ciri sok tahu, lihat
al-'Alaq!"?
3. Membanggakan Keluasan Pengetahuan
Orang
yang sok tahu membanggakan kepintarannya dengan memamerkan betapa ia
banyak membaca, banyak menulis, banyak mendengar, banyak berceramah, dan
sebagainya tanpa menyadari bahwa pengetahuan yang ia peroleh itu
semuanya berasal dari Allah. Ia mengira, prestasi yang berupa luasnya
pengetahuannya ia peroleh berkat kerja kerasnya saja. Padahal,
terwujudnya pengetahuan itu pun semuanya atas kehendak-Allah.
Mungkin
ia suka meminjam atau membeli buku sebanyak-banyaknya, tetapi
membacanya hanya sepintas lalu atau malah hanya memajangnya. Ia merasa
punya cukup banyak wawasan tentang banyak hal. Ia tidak merasa terdorong
untuk menjadi ahli di bidang tertentu. Kalau ia menjadi muballigh
'tukang fatwa', semua pertanyaan ia jawab sendiri langsung walau di luar
keahliannya. Ia mungkin bisa menulis atau berbicara sebanyak-banyaknya
di banyak bidang, tetapi kurang memperhitungkan kualitasnya.
4. Merendahkan Orang Lain Yang Tidak Sepaham
Bagi
orang Islam yang sok tahu, siapa saja yang bertentangan dengan
pendapatnya, segera saja ia menuduh mereka telah melakukan bid'ah,
sesat, meremehkan agama, dan sebagainya. Bahkan, misalnya, sampai-sampai
ia melarang orang-orang lain melakukan amal yang caranya lain walau
mereka punya dalil tersendiri. Ia menjadikan dirinya sebagai "Yang Maha
Tahu", terlalu yakin bahwa pasti pandangan dirinyalah satu-satunya yang
benar, sedangkan pandangan yang lain pasti salah. Padahal, Allah Swt
berfirman: "Janganlah kamu menganggap diri kamu suci; Dia lebih tahu
siapa yang memelihara diri dari kejahatan." (an-Najm [53]: 32)
Muslim
yang sok tahu cenderung menganggap kesalahan kecil sebagai dosa besar
dan menjadikan dosa itu identik dengan kesesatan dan kekafiran! Lalu
atas dasar itu dengan gampangnya ia mengeluarkan 'vonis hukuman mati'.
Padahal, dalam sebuah hadits shahih dari Usamah bin Zaid dikabarkan,
"Barangsiapa mengucapkan laa ilaaha illallaah, maka ia telah Islam dan
terpelihara jiwa dan hartanya. Andaikan ia mengucapkannya lantaran takut
atau hendak berlindung dari tajamnya pedang, maka hak perhitungannya
ada pada Allah. Sedang bagi kita cukuplah dengan yang lahiriah."
5. Menutup Telinga dan Membuang Muka Bila Mendengar Pendapat Lain
Orang
yang sok tahu tidak memberi peluang untuk berdiskusi dengan orang lain.
Kalau toh ia memasuki forum diskusi di suatu situs, misalnya, ia
melakukannya bukan untuk mempertimbangkan pendapat yang berbeda dengan
pandangan yang selama ini ia anut, melainkan untuk mengumandangkan
pendapatnya sendiri. Ia hanya melihat selayang pandang gagasan
orang-orang lain, lalu menyerang mereka bila berlainan dengannya. Ia
tidak mau tahu bagaimana mereka berhujjah (berargumentasi).
Di
samping itu, orang yang sok tahu itu bersikap fanatik pada pendapat
golongannya sendiri. Seolah-olah ia berseru, "Adalah hak kami untuk
berbicara dan adalah kewajiban kalian untuk mendengarkan. Hak kami
menetapkan, kewajiban kalian mengikuti kami. Pendapat kami semuanya
benar, pendapat kalian banyak salahnya." Orang yang terlalu fanatik itu
tidak mengakui jalan tengah. Ia menyalahgunakan aksioma, "Yang haq
adalah haq, yang bathil adalah bathil."
6. Suka Menyatakan Pendapat Tanpa Dasar Yang Kuat
Muslim
yang sok tahu gemar menyampaikan pendapatnya dengan mengatasnamakan
Islam tanpa memeriksa kuat-lemahnya dasar-dasarnya. Ia suka berkata,
"Menurut Islam begini.... Islam sudah jelas melarang begitu...." dan
sebagainya, padahal yang ia ucapkan sesungguhnya hanyalah, "Menurut saya
begini.... Saya melarang keras engkau begitu...." dan seterusnya. Kalau
toh ia berkata, "Menurut saya bla bla bla....", ia hanya mengemukakan
opini pribadinya belaka tanpa disertai dalil yang kuat, baik dalil naqli
maupun aqli.
7. Suka Berdebat Kusir
Jika
pendapatnya dikritik orang lain, orang yang sok tahu itu berusaha keras
mempertahankan pandangannya dan balas menyerang balik pengkritiknya. Ia
enggan mencari celah-celah kelemahan di dalam pendapatnya sendiri
ataupun sisi-sisi kelebihan lawan diskusinya. Sebaliknya, ia tekun
mencari-cari kekurangan lawan debatnya dan menonjol-nonjolkan kekuatan
pendapatnya. Dengan kata lain, setiap berdiskusi ia bertujuan
memenangkan perdebatan, bukan mencari kebenaran.
Demikianlah
beberapa ciri orang yang sok tahu menurut surat al-'Alaq dalam
pemahamanku. Dengan mengenali ciri-ciri tersebut, semoga kita
masing-masing dapat melakukan introspeksi dan memperbaiki diri sehingga
kita tidak menjadi orang yang sok tahu. Aamien.
Aisha Chuang
Eramuslim.com | Media Islam Rujukan,
ac4x3@yahoo.com
Komentar
Posting Komentar