Ibrahim Afellay dan ibundanya
Ia tidak mau mengambil keringanan dengan mengganti puasa di lain hari dengan alasan bakal kepayahan secara fisik. Bagi Afellay, ritual agama tidak boleh dikompromikan dan tetap harus diutamakan di atas segalanya.
Tentang berpuasa saat kompetisi berjalan, Afellay bertutur, “Saya berpegang pada keyakinan yang saya anut secara taat. Tidak masalah betapa sulitnya ini,” ujarnya kepada PSV.netwerk.
Afellay berpendapat, agama tetap nomor satu, bahkan melebihi karier sepak bola. Dengan berpegang teguh pada agama, ia berharap bisa mendapatkan hasil terbaik dalam kariernya. “Itu memberikan saya sebuah perasaan positif,” ujar dia.
Afellay mendedikasikan segala prestasi yang diraihnya untuk ibunda yang sangat dicintainya. Tidak salah, kalau ia merasa bangga bisa berfoto bersama dengan sang ibu yang sejak kecil mendidiknya untuk menjadi pribadi yang tidak gampang menyerah.
“Saya dari keluarga miskin. Saya anak yatim. Tapi untunglah saya mempunyai ibu yang luar biasa. Dia yang menghidupi saya dengan bekerja keras dan mengasuh saya dengan penuh kasih saya,” terangnya.
Redaktur: Taufik Rachman
Reporter: erik purnama
Komentar
Posting Komentar