Kapan terakhir belajar bahasa Arab?
Dalam mempelajari bahasa Arab niat awal kita tentunya hanya untuk mengharap wajah Allah SWT, bukan untuk show off atau pamer, bukan pula untuk tujuan duniawi. Jika aktivitas keikhlasan, niscaya menjadi amal ibadah yang paling utama dan tidak ada satupun amalan yang dapat mengunggulinya.
Al-Imam Ahmad rahimahullah berkata: Menuntut ilmu agama adalah tidak ada bandingannya , bagi siapa yang benar dalam niatnya. Mereka bertanya: “bagaimana caranya wahai Abu Abdillah?” Al-Imam Ahmad menjawab: “Engkau meniatkan belajar ilmu Agama untuk menghilangkan kebodohan dari diri sendiri dan orang lain.”
Sebaliknya, jika belajar bahasa Arab tidak diiringi dengan keikhlasan maka ia menjadi amalan yang paling buruk, pelakunya diancam dengan ancaman yang keras.
Bahkan biasanya niat yang salah juga dapat membuat seseorang cepat “patah arang”. Duh, subhanallah.
Belajar bahasa Arab itu butuh kesabaran yang sangat lebih. Adapun kesabaran yang dimaksud antara lain: sabar untuk terus rutin hadir dalam setiap waktu belajar, terus melakukan murajaah dan pengulangan di rumah, serta sabar mengerjakan tugas yang diberikan oleh pengajar.
Masih putus asa?
Lihatlah kisah Imam Al-Kasa’i, imam penduduk Kufah dalam mempelajari nahwu. Ketika beliau mulai belajar nahwu, merasa tak pernah mampu dan putus asa. Suatu hari beliau melihat seekor semut merangkak di dinding membawa sepotong makanan. Ketika mulai merangkak ia terjatuh, lalu bangun kembali, membawa makanan tadi dan terus merambat ke dinding. Ia terus berusaha dan bertekad untuk terus membawa makan tersebut dan berjalan.
Imam Kasa’i berkata, “Semut itu begitu kuat tekadnya hingga sampai tujuan.” Maka, beliau pun terus berjuang dan akhirnya menjadi Imam dalam ilmu nahwu. (pm)
Komentar
Posting Komentar