KISAH PEMANGGUL SEDEKAH TAK DIKENAL HINGGA MENGHITAM BAHUNYA



Ilustrasi Pemanggul Sedekah @idberitayahoo
Ilustrasi Pemanggul Sedekah @idberitayahoo
Dalam banyak ayat-Nya, Allah Swt menyebutkan bolehnya menyiarkan atau menyembunyikan amal shalih. Ajaran ini dipraktekan dengan baik oleh Rasulullah Saw melalui variasi amal yang beliau kerjakan. Ada yang sengaja diumumkan atau dilakukan di tempat umum, tak sedikit pula yang disembunyikan; hanya beliau dan Allah Swt yang mengetahuinya.
Kedua hal ini memiliki kelebihannya masing-masing sesuai dengan tabiatnya. Jika amal yang disiarkan bertujuan memotivasi orang lain, perbuatan baik yang disembunyikan merupakan sarana efektif untuk melatih keikhlasan seseorang.
Kebiasaan menyembunyikan maupun mensiarkan amalan ini, banyak kita jumpai pada generasi Rasulullah Saw, sahabat, tabi’in, pengikut tabi’in dan ulama-ulama setelahnya. Yang penting untuk dicatat adalah bagaimana mengupayakan ikhlas dalam setiap amal; baik disembunyikan maupun dipublikasikan.
Cucu ‘Ali bin Thalib ini memiliki nama yang sama dengan kakeknya. Oleh sang ayah, ia diberi nama ‘Ali bin Husain. Mengenyam pendidikan karakter dari Sayyidina Husain yang langsung dididik oleh ‘Ali bin Abi Thalib dan mendpatkan sentuhan lembut Rasulullah Saw, ‘Ali bin Husain menjadi pribadi yang luar biasa dalam banya hal.
Mulanya, tidak banyak yang mengetahui siapa pelakunya. Pasalnya, di setiap malam, ada gandum siap masak yang diletakkan tepat di depan pintu rumah orang-orang miskin kala itu. Kejadian ‘aneh’ ini terjadi bertahun-tahun, tanpa seorang pun bisa mengetahui siapa pelakunya.
Lalu pada suatu ketika, tatkala diumumkan bahwa ‘Ali bin Husain wafat, keesokan harinya tak ada lagi gandum di depan pintu rumah fakir miskin. Berhentinya kejadian aneh ini pun mengundang banyak spekulasi. Apalagi selepas wafatnya ‘Ali bin Husain itu, keanehan itu tidak pernah terjadi lagi.
Kemudian, bukti yang mengungkap bahwa orang baik yang meletakkan sedekah tersebut adalah ditemukannya bekas hitam di pundak ‘Ali bin Husain. Fakta ini disaksikan oleh sahabat-sahabat yang memandikan sang jenazah cucu Rasulullah Saw itu.
Subanallah, wal hamdulillah. Kisah ini adalah pukulan telak dan tamparan keras bagi sebagian kita yang hobi mempublikasikan amal. Apalagi di era massif publikasi melalui media sosial akhir-akhir ini.
Banyak diantara kita yang langsung update status sepulang dari masjid, seusainya membaca al-Qur’an, mengunjungi majlis taklim, lepas Tahajjud atau shalat Dhuha, dan banyak lagi publikasi lainnya. Padahal tidak penting dan tidak menjadi jaminan bahwa amalan tersebut diterima oleh Allah Swt.
Semoga Allah Swt anugerahkan keikhlasan kepada kita semua, aamiin.

Komentar