JAKARTA -- Statistik menunjukkan bahwa lebih
dari 40 persen anak yang menggunakan baby walker mengalami cedera.
Survey yang dilakukan oleh Safe Kids Canada, program pencegahan cedera
nasional dari Hospital for Sick Children, menemukan bahwa 1.000 bayi
mengalami cedera setiap tahun karena menggunakan baby walker.
Pada 2010, Consumer Product Safety Commission (CPSC) Amerika Serikat memerkirakan 4.000 anak balita cedera karena terkait dengan alat bantu jalan bayi seperti baby waler dan jumper. Jumlah ini memang semakin menurun per tahun.
Menurut laporan tahunan CPSC, Injuries and Deaths Associated with Nursery Products Among Children Younger than Age Five, yang terbit Desember 2013, jumlah kasusnya menjadi 3.300 kasus pada 2011, dan 2.900 kasus pada 2012. Kasusnya semakin menurun karena CPSC mengeluarkan standar keamanan baru namun tetap saja bahaya mengintai di balik alat bantu ini.
Beberapa hal berikut bisa menyegarkan kembali ingatan Anda tentang bahaya baby walker seperti dikutip www.parentsindonesia.com.
Cedera fisik
Statistik menunjukkan bahwa 96 persen kecelakaan yang terjadi disebabkan karena anak yang sedang menggunakan baby walker terjatuh dari tangga. Sandy Jones dan Werner Freitag, penulis Consumer Reports’ Guide to Baby Products, Consumer Reports, 2001, bahkan membuat daftar tambahan insiden yang juga sering terjadi. Menurut catatan mereka, bayi juga sering terjerembap dari baby walker karena tersangkut kabel, pinggiran karpet, atau bahkan terjun masuk ke dalam kolam renang.
Tidak mendukung perkembangan
Berlawanan dengan keyakinan masyarakat sebelumnya yang menganggap baby walker bisa membantu anak menjadi lebih cepat berjalan, nyatanya benda ini tidak memiliki manfaat tersebut. Para peneliti dari University College Dublin menemukan fakta bahwa baby walker justru menunda perkembangan anak.
Mereka membandingkan usia dimana bayi mencapai target untuk bisa berjalan sendiri dengan bantuan baby walker dan tidak dengan bantuan baby walker. Hasilnya, baby walker malah melambankan perkembangan tersebut. Selain itu, bayi yang menggunakan benda ini, lutut dan pinggulnya menjadi terbiasa ditopang, sehingga mereka juga terbiasa berjalan menggunakan jari kakinya. Ini menyebabkan ketegangan pada otot betis dan membuat bayi nantinya terbiasa berjalan jinjit.
Mengganggu fungsi otak
Otak kanan mengendalikan gerakan tubuh bagian kiri dan otak kiri untuk sebelah kanan. Gerakan merangkak dapat merangsang otak bekerja dan memancing pola silang tersebut. Baby walker justru menghambat atau membuat anak tidak merangkak sehingga mengganggu perkembangan neurologi secara natural.
Pada 2010, Consumer Product Safety Commission (CPSC) Amerika Serikat memerkirakan 4.000 anak balita cedera karena terkait dengan alat bantu jalan bayi seperti baby waler dan jumper. Jumlah ini memang semakin menurun per tahun.
Menurut laporan tahunan CPSC, Injuries and Deaths Associated with Nursery Products Among Children Younger than Age Five, yang terbit Desember 2013, jumlah kasusnya menjadi 3.300 kasus pada 2011, dan 2.900 kasus pada 2012. Kasusnya semakin menurun karena CPSC mengeluarkan standar keamanan baru namun tetap saja bahaya mengintai di balik alat bantu ini.
Beberapa hal berikut bisa menyegarkan kembali ingatan Anda tentang bahaya baby walker seperti dikutip www.parentsindonesia.com.
Cedera fisik
Statistik menunjukkan bahwa 96 persen kecelakaan yang terjadi disebabkan karena anak yang sedang menggunakan baby walker terjatuh dari tangga. Sandy Jones dan Werner Freitag, penulis Consumer Reports’ Guide to Baby Products, Consumer Reports, 2001, bahkan membuat daftar tambahan insiden yang juga sering terjadi. Menurut catatan mereka, bayi juga sering terjerembap dari baby walker karena tersangkut kabel, pinggiran karpet, atau bahkan terjun masuk ke dalam kolam renang.
Tidak mendukung perkembangan
Berlawanan dengan keyakinan masyarakat sebelumnya yang menganggap baby walker bisa membantu anak menjadi lebih cepat berjalan, nyatanya benda ini tidak memiliki manfaat tersebut. Para peneliti dari University College Dublin menemukan fakta bahwa baby walker justru menunda perkembangan anak.
Mereka membandingkan usia dimana bayi mencapai target untuk bisa berjalan sendiri dengan bantuan baby walker dan tidak dengan bantuan baby walker. Hasilnya, baby walker malah melambankan perkembangan tersebut. Selain itu, bayi yang menggunakan benda ini, lutut dan pinggulnya menjadi terbiasa ditopang, sehingga mereka juga terbiasa berjalan menggunakan jari kakinya. Ini menyebabkan ketegangan pada otot betis dan membuat bayi nantinya terbiasa berjalan jinjit.
Mengganggu fungsi otak
Otak kanan mengendalikan gerakan tubuh bagian kiri dan otak kiri untuk sebelah kanan. Gerakan merangkak dapat merangsang otak bekerja dan memancing pola silang tersebut. Baby walker justru menghambat atau membuat anak tidak merangkak sehingga mengganggu perkembangan neurologi secara natural.
Komentar
Posting Komentar